Senin, 31 Desember 2012

Petualangan Luar Angkasa



Petualangan dan sejarah baru dunia antariksa China berhasil ditorehkan dalam sepekan terakhir ini melalui misi penerbangan pesawat ruang angkasa Shenzhou IX.. Setidaknya terdapat dua torehan yang berhasil diraih yaitu mengorbitkan Liu Yang (33 tahun), astronot wanita pertama China ke ruang angkasa pada Sabtu (16/06) dan menggabungkan modul ruang angkasa yang dibawa Shenzhou IX yang ditumpangi Liu Yang dan dua astronot lainnya, Jing Haipeng (45) dan Liu Wang (43) pada Senin (19/06).

Jutaan orang menyaksikan peristiwa bersejarah melalui siaran langsung yang dipancarkan oleh hampir sebagian besar stasiun televisi China. Dalam siaran langsung pada hari Sabtu lalu, terlihat pesawat ruang angkasa Shenzhou IX meluncur dengan mulus ke ruang angkasa setelah diluncurkan dari stasiun ruang angkasa Jinquang di kawasan Gurun Gobi. Dijadwalkan pesawat ruang angkasa berpenumoang tiga orang tersebut akan berada di ruang angkasa selama 10 hari.

Selanjutnya pada siaran langsung hari Senin, dua hari setelah berada di ruang angkasa, diperlihat keberhasilan pertama melakukan penggabungan (docking) module ruang angkasa yang dibawa Shenzhou IX dengan modul laboratorium ruang angkasaTiangong-1 yang sudah berada di ruang angkasa sejak 29 September 2011. Dalam tayangan tersebut terlihat pula bagaimana para astronot bergerak di dalam modul Tiangong-1 setelah proses penggabungan.

Dari visualisasi yang dimuat dalam harian China Daily hari Selasa (19/06) diperlihatkan pula bahwa setelah berhasil menggabungkan modul ruang angkasa yang dibawa Shenzhou IX, para astronot bergerak ke modul pertama Tiangong 1 untuk melakukan serangkaian uji coba. Sementara modul yang baru saja digabungkan difungsikan sebagai ‘dapur’ dimana beragam makanan disiapkan dan dipanaskan untuk kemudian disajikan hangat.

Sejumlah kekaguman dan pujian pun berdatangan untuk semua keberhasilan tersebut. Inilah untuk pertama kalinya China berhasil mengirimkan pesawat ruang angkasa berawak untuk melakukan docking dalam rangka membangun stasiun ruang angkasa tetap pada tahun 2020. Sebelumnya yang dikirimkan adalah pesawat ruang angkasa tidak berawak.

“Teknologi docking merupakan dasar bagi pembanguinan stasiun ruang angkasa. Dan keberhasilan tersebut menjadi tonggak penting dalam misi ruang angkasa China”, demikian disampaikan juru bicara program ruang angkasa berawak China Wu Ping ketika menjawab sejumlah pertanyaan dari berbagai kalangan mengenai alasan China mengembangkan teknologi docking dalam program ruang angkasanya. Dengan membangun stasiun ruang angkasa tetap, China akan menyamai prestasi AS dan Rusia yang sudah terlebih dahulu memiliki stasiun ruang angkasa tetap.

China sepertinya juga ingin membuktikan bahwa tanpa bantuan AS, pihaknya dapat mengembangkan sendiri program ruang angkasanya. Sejak dikeluarkan dari kerjasama stasiun ruang angkasa internasional oleh AS yang khawatir terhadap masalah transfer teknologi, China mengembangkan sendiri teknologinya dan berencana menyelesaikan pembangunan stasiun ruang angkasa sendiri, meski lebih kecil dari milik AS, pada tahun 2020.

Terencana dan pasti, program pembangunan ruang angkasa tetap terus berjalan dan sukses. Menanggapi hal ini, Gregory Kulacki, seorang analis dari Union of Concerned Scientist, mengemukakan bahwa “melihat keberhasilan China dalam program ruang angkasanya, tampaknya akan terjadi ironi dimana pada saat China selesai membangun stasiun ruang angkasanya di tahun 2020, maka China akan menjadi satu-satunya negara yang menempatkan awaknya di ruang angkasa. Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya kebijakan ruang angkasa AS, Rusia dan Eropa pada saat ini (karena krisis ekonomi)”.

Sementara itu menanggapi terpilihnya Liu Yang sebagai astronot wanita China pertama, Wu Ping mengemukakan bahwa keberadaan Liu dalam misi penerbangan ini bukan saja penting bagi pelaksanaan misi docking tetapi juga bagi pengujian sejumlah peralatan yang dirancang khusus untuk wanita di ruang angkasa dan pengembangan dampak sosial misi penerbangan ruang angkasa bagi wanita. Merujuk sebuah peribahasa China, Wu Ping mengatakan “Karena wanita memegang setengah bagian langit, maka kurang lengkap misi ruang angkasa tanpa wanita”.


Astronot Shenzhou IX: Liu Yang (kiri), Jing Haipeng (tengah), Liu Wang (kanan) / foto dari situs China Daily
Lalu siapakah Liu Yang dan bagaimana ia bisa terpilih sebagai seorang astronot wanita pertama dari sekitar 500 juta wanita China?

Dari penelusuran berbagai pemberitaan di China Daily, Xinhua, Space.com dan beberapa sumber lainnya, diketahui bahwa Liu Yang merupakan seorang pilot pesawat tempur Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army/PLA) China dan berasal dari Provinsi Henan. Atas saran seorang gurunya, usai menamatkan pendidikan sekolah menengah atas, Liu melanjutkan pendidikan di sekolah penerbangan dan kemudian bergabung ke Angkatan Udara PLA pada tahun 1997. Sejak itu ia berhasil membukukan 1,680 jam terbang dan saat ini berpangkat mayor serta menjabat sebagai wakil kepala unit penerbangan.

Liu Yang dikenal akan kemahirannya dalam menerbangkan pesawat serta prestasi lainnya di luar dunia penerbangan. Salah satu aksinya yang diketahui media adalah keberhasilannya mendaratkan pesawat dengan selamat meski kaca cockpit pesawatnya tertutup percikan darah akibat bertabrakan dengan burung. Sementara salah satu prestasi Liu di luar dunia penerbangan adalah keberhasilannya keluar sebagai juara kontes pidato militer.

Liu Yang direkrut sebagai calon astronot pada bulan Mei 2010 setelah menyisihkan kandidat-kandidat lainnya. Setelah menjalani pelatihan selama dua tahun dan lulus dengan sangat sempurna pada serangkaian tes yang dilakukan, pada Maret 2012 Liu dipilih menjadi salah satu calon astronot untuk penerbangan ruang angkasa Shenzhoiu IX.

Terpilihnya Liu Yang kontan menjadi trending topic di mikro blog Sina Weibo. Setidaknya terdapat 33 juta postingan mengenai Liu Yang. Salah satunya adalah yang menulis “Liu Yang yang akan menjadi wanita pertama di ruang angkasa adalah kebanggaan (Provinsi) Henan”.

Liu Yang kini telah mengorbit di ruang angkasa bersama pesawat Shenzhou IX. Ia bukan saja menjadi kebanggaan keluarga dan masyarakat Provinsi Henan, tetapi ia juga telah menjadi kebanggaan dan pahlawan baru di dunia penerbangan China. Dan pengiriman astronot wanita seperti Liu Yang ke ruang angkasa bukanlah yang terakhir, tetapi justru baru awal dari petualangan dan sejarah baru yang akan terus ditorehkan dunia penerbangan ruang angkasa China dan pembuktian kemampuan bangsa China dalam menguasai teknologi maju tanpa tergantung Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar