Paranoid - Saat ini, manusia masih mengatakan bahwa alien mungkin ada di luar sana. Namun, ilmuwan memperkirakan bahwa dalam 25 tahun ke depan, manusia akan benar-benar menemukan alien.
Seth Shostak, peneliti dalam proyek Search for Extraterrestrial Intelligence (SETI), seperti diberitakan Foxnews, Senin (10/2/2014), manusia bisa mendeteksi alien pada tahun 2040.
Shostak mengatakan, hal itu biasa terjadi karena ilmuwan sudah mampu memindai sistem keplanetan yang lebih banyak dan mendeteksi sinyal elektromagnetik yang dihasilkan alien.
"Saya pikir kita akan menemukan ET (makhluk cerdas dari luar angkasa) dalam dua lusin tahun mendatang, dengan eksperimen," kata Shostak dalam diskusi 2014 NASA Innovative Advanced Concepts, Kamis (6/2/2014) di Stanford University.
"Bukannya mengobservasi beberapa ribu sistem bintang, seperti perhitungan saat ini, kita akan melihat mungkin jutaan sistem bintang pada 2040," imbuhnya.
Shostak cukup yakin bahwa manusia bisa menemukan alien karena teleskop Kepler milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan banyak planet yang bisa mendukung kehidupan di Bimasakti.
Shostak percaya bahwa satu dari lima bintang memiliki planet yang bisa mendukung kehidupan.
Jika memang ada kehidupan di luar angkasa, Shostak percaya bahwa makhluk hidup cerdas itu juga mengirim sinyal dan menunggu makhluk lain untuk mengontaknya.
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Tampilkan postingan dengan label Berita Luar Angkasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Luar Angkasa. Tampilkan semua postingan
Rabu, 19 Februari 2014
Rabu, 20 Maret 2013
Organisasi Antar Galaksi
Kehidupan luar angkasa sepertinya telah menjadi persoalan yang
melekat dan mendarah daging bagi peradaban Bumi. Mulai dari teori
astronot kuno hingga abad modern ini. Entah itu Hoax atau Nyata. Namun
suatu hal yang pasti adalah bagaimana manusia bisa membedakan antara
yang khayalan dan kenyataan. Hanya waktu yang bisa menemukan jawabannya.
Organisasi persatuan tidak hanya ada di Bumi, Namun ada sebuah situs
web mengkalim diri mereka sebagai wakil Bumi dalam persatuan Galaksi "
Planetary Activation Organization".
Organisasi ini dibuat oleh seseorang yang mengaku sebagai wakil dari Bumi untuk menjaga persatuan antar Galaksi. Dia bernama "Sheldan Nidle"
Sheldan Nidle lahir di New York City pada 11 November, 1946, dan dibesarkan di Buffalo, New York. Pengalaman pertamanya menganai extraterrestrial dan UFO dimulai ketika dia lahir. Sejak itu dia sudah menikmati komunikasinya secara langsung dan secara telepati terhadap makhluk-makhluk extraterisial.
Ketika dia menginjak usia sekitar empat belas tahun, Sheldan yang selama ini mendapatkan kontak terhadap dunia asing, meminta para Sirians dan Galactic Federation of Light Allies menghentikan komunikasi dengan dia. karena Sheldan mengalami konflik besar antara pengetahuan ilmiah mereka(alien) dan apa yang ia pelajari di Bumi. Untuk beberapa saat mereka meninggalkan Sheldan. Tetapi Sirians dan Galactic Federation of Light Allies mengatakan kepadanya bahwa mereka akan kembali ketika tiba saatnya untuk menyelesaikan misi mereka untuk planet Bumi dan bangsanya. Di sekolahnya, dia ditempatkan dalam program Advance Sains di bidang mata pelajaran seperti fisika, kimia, dan kalkulus.
Sheldan menerima gelar M.A. dalam Ilmu Politik dari Universitas di Buffalo pada tahun 1968. Dia juga menerima gelar M.A. di Asia Tenggara dari Ohio University Pemerintah pada tahun 1970 dan M.A. di Politik Amerika dan International Public Administration dari University of Southern California, dimana ia juga mengejar gelar Ph.D. (1974-1976). Pada 1970-an, ia adalah Wakil Presiden untuk Scientific Programming at Syntar Productions, di mana ia turut membuat dokumenter tentang kehidupan dan pencapaian Nikola Tesla. Dari tahun 1970-an melalui pertengahan 1980-an, ia terlibat dalam penelitian ilmiah tentang sumber energi listrik alternatif. Pada pertengahan 1980-an, kontak extraterrestrial nya kembali. Saat ini, Sheldan adalah representatif dan dosen untuk Galactic Federation of Light dan, pada bulan November 1997, mendirikan Planetary Activation Organization (PAO).
Misi Mereka
1. Menyiapkan dunia untuk kontak pertama dengan Federasi Galaksi.
2. Untuk menyebarkan pesan Federasi Galaksi.
3. Untuk membangun jaringan Aktivasi Group antar Planet.
4. Untuk mempromosikan peran kita sebagai pelayan -------
Planet Activation Aktivasi planet Groups (PAGs) bekerja dalam koordinasi dengan PAO. Mereka dipandu dalam hati dan secara aktif terlibat dalam kebangkitan orang untuk transformasi global dalam kesadaran.
Galactic Federation of Light didirikan lebih dari 4.500.000 tahun yang lalu untuk mencegah kekuatan gelap antar-dimensi dari hal yang mendominasi dan mengeksploitasi galaksi ini. Saat ini, hanya ada lebih dari 200.000 negara anggota perbintangan.,konfederasi atau serikat buruh. Sekitar 40% adalah humanoids dan bentuk lainnya bervariasi. Kebanyakan anggota Federasi Galactic adalah makhluk sepenuhnya sadar.
Organisasi ini dibuat untuk membiasakan kita dengan keluarga angkasa kami, kami secara berkala akan menyajikan informasi mengenai spesies anggota Federasi Galaksi. Mereka berharap bahwa informasi ini akan membantu kita mengidentifikasi atau memvalidasi suatu pengalaman yang mungkin Anda alami dengan beberapa makhluk. Tujuan mereka adalah untuk mendorong pemahaman tentang bintang bangsa yang menjawab panggilan Bumi Spiritual Hierarchy untuk membantu kami dalam kenaikan kita / proses transformasi.
Berikut Sebagian Anggotanya :
ANDROMEDANS :
Nama Anggota : Andromedan Star Nations.
Diterima dalam Federasi : Sekitar 3,5 juta tahun yang lalu.
Lokasi : The Constellation dari Andromeda.
Jarak Dari Bumi : Sekitar 150 sampai lebih dari 4.000 Tahun Cahaya.
Bentuk : Humanoid.
Organisasi ini dibuat oleh seseorang yang mengaku sebagai wakil dari Bumi untuk menjaga persatuan antar Galaksi. Dia bernama "Sheldan Nidle"
![]() |
Sheldan Nidle |
Sheldan Nidle lahir di New York City pada 11 November, 1946, dan dibesarkan di Buffalo, New York. Pengalaman pertamanya menganai extraterrestrial dan UFO dimulai ketika dia lahir. Sejak itu dia sudah menikmati komunikasinya secara langsung dan secara telepati terhadap makhluk-makhluk extraterisial.
Ketika dia menginjak usia sekitar empat belas tahun, Sheldan yang selama ini mendapatkan kontak terhadap dunia asing, meminta para Sirians dan Galactic Federation of Light Allies menghentikan komunikasi dengan dia. karena Sheldan mengalami konflik besar antara pengetahuan ilmiah mereka(alien) dan apa yang ia pelajari di Bumi. Untuk beberapa saat mereka meninggalkan Sheldan. Tetapi Sirians dan Galactic Federation of Light Allies mengatakan kepadanya bahwa mereka akan kembali ketika tiba saatnya untuk menyelesaikan misi mereka untuk planet Bumi dan bangsanya. Di sekolahnya, dia ditempatkan dalam program Advance Sains di bidang mata pelajaran seperti fisika, kimia, dan kalkulus.
Sheldan menerima gelar M.A. dalam Ilmu Politik dari Universitas di Buffalo pada tahun 1968. Dia juga menerima gelar M.A. di Asia Tenggara dari Ohio University Pemerintah pada tahun 1970 dan M.A. di Politik Amerika dan International Public Administration dari University of Southern California, dimana ia juga mengejar gelar Ph.D. (1974-1976). Pada 1970-an, ia adalah Wakil Presiden untuk Scientific Programming at Syntar Productions, di mana ia turut membuat dokumenter tentang kehidupan dan pencapaian Nikola Tesla. Dari tahun 1970-an melalui pertengahan 1980-an, ia terlibat dalam penelitian ilmiah tentang sumber energi listrik alternatif. Pada pertengahan 1980-an, kontak extraterrestrial nya kembali. Saat ini, Sheldan adalah representatif dan dosen untuk Galactic Federation of Light dan, pada bulan November 1997, mendirikan Planetary Activation Organization (PAO).
Misi Mereka
1. Menyiapkan dunia untuk kontak pertama dengan Federasi Galaksi.
2. Untuk menyebarkan pesan Federasi Galaksi.
3. Untuk membangun jaringan Aktivasi Group antar Planet.
4. Untuk mempromosikan peran kita sebagai pelayan -------
Planet Activation Aktivasi planet Groups (PAGs) bekerja dalam koordinasi dengan PAO. Mereka dipandu dalam hati dan secara aktif terlibat dalam kebangkitan orang untuk transformasi global dalam kesadaran.
Anggota Galactic Federation
Galactic Federation of Light didirikan lebih dari 4.500.000 tahun yang lalu untuk mencegah kekuatan gelap antar-dimensi dari hal yang mendominasi dan mengeksploitasi galaksi ini. Saat ini, hanya ada lebih dari 200.000 negara anggota perbintangan.,konfederasi atau serikat buruh. Sekitar 40% adalah humanoids dan bentuk lainnya bervariasi. Kebanyakan anggota Federasi Galactic adalah makhluk sepenuhnya sadar.
Organisasi ini dibuat untuk membiasakan kita dengan keluarga angkasa kami, kami secara berkala akan menyajikan informasi mengenai spesies anggota Federasi Galaksi. Mereka berharap bahwa informasi ini akan membantu kita mengidentifikasi atau memvalidasi suatu pengalaman yang mungkin Anda alami dengan beberapa makhluk. Tujuan mereka adalah untuk mendorong pemahaman tentang bintang bangsa yang menjawab panggilan Bumi Spiritual Hierarchy untuk membantu kami dalam kenaikan kita / proses transformasi.
Berikut Sebagian Anggotanya :
ANDROMEDANS :
Nama Anggota : Andromedan Star Nations.
Diterima dalam Federasi : Sekitar 3,5 juta tahun yang lalu.
Lokasi : The Constellation dari Andromeda.
Jarak Dari Bumi : Sekitar 150 sampai lebih dari 4.000 Tahun Cahaya.
Bentuk : Humanoid.
Penampilan Fisik : humanoids sangat mirip dengan
manusia Bumi. Mereka biasanya memakai pakaian warna-warni tradisional
Federasi Galaksi. Andromedans terdiri dari dua jenis Penampakkan Manusia
Bumi :
Yang pertama adalah kulit putih yang berkisar dari apa yang disebut "Nordic" tipe (rambut pirang, mata biru, kulit pucat), untuk tipe Mediterania (rambut cokelat tua bercahaya , abu-abu untuk mata cokelat, kulit tampak kecokelatan) .
Yang kedua adalah khas Oriental, dengan rambut gelap, mata gelap Asia dan warna kulit yang sangat pucat bervariasi dari coklat sampai berwarna coklat gelap.
Mata seluruh Andromedans sedikit lebih besar daripada manusia Bumi. Bibir yang tipis dan berwarna hampir merah muda, sementara telinga terpasang sedikit lebih rendah di sisi kepala dan sedikit lebih kecil ukurannya. Tangan dan kaki yang halus dalam penampilan dengan jari-jari yang panjang.
Tinggi orang-orang Andromedans bervariasi dari 1,7-2,12 meter. Para wanita berkisar antara 1,63-1,93 meter. Andromedan perempuan terkenal akan energi pemikat mereka dan kemontokkan mereka.
Sifat dan Kemampuan Khusus : Andromedans dicatat dalam Federasi Galactic untuk penguasaan mereka dari segala bentuk usaha ilmiah.
Rata-rata Jumlah tidur yang dibutuhkan: Sekitar 2 jam per hari.
Bahasa: Andromedans berbicara bahasa dialek yang berbeda dari suara-Spanyol atau Italia-seperti, untuk satu nada lebih dan intonasi yang parau dalam.
Kapal Induk dan kerajinan: kapal Andromedan berbagai bentuk dari kapal tradisional mereka Sombrero- shaped scout ships dengan ukuran 50-65 kaki (15-20 meter). Untuk Kapal Komandonya berbentuk seperti atmosfer yang besarnya sampai setengah mil ( 805 meter).
Yang pertama adalah kulit putih yang berkisar dari apa yang disebut "Nordic" tipe (rambut pirang, mata biru, kulit pucat), untuk tipe Mediterania (rambut cokelat tua bercahaya , abu-abu untuk mata cokelat, kulit tampak kecokelatan) .
Yang kedua adalah khas Oriental, dengan rambut gelap, mata gelap Asia dan warna kulit yang sangat pucat bervariasi dari coklat sampai berwarna coklat gelap.
Mata seluruh Andromedans sedikit lebih besar daripada manusia Bumi. Bibir yang tipis dan berwarna hampir merah muda, sementara telinga terpasang sedikit lebih rendah di sisi kepala dan sedikit lebih kecil ukurannya. Tangan dan kaki yang halus dalam penampilan dengan jari-jari yang panjang.
Tinggi orang-orang Andromedans bervariasi dari 1,7-2,12 meter. Para wanita berkisar antara 1,63-1,93 meter. Andromedan perempuan terkenal akan energi pemikat mereka dan kemontokkan mereka.
Sifat dan Kemampuan Khusus : Andromedans dicatat dalam Federasi Galactic untuk penguasaan mereka dari segala bentuk usaha ilmiah.
Rata-rata Jumlah tidur yang dibutuhkan: Sekitar 2 jam per hari.
Bahasa: Andromedans berbicara bahasa dialek yang berbeda dari suara-Spanyol atau Italia-seperti, untuk satu nada lebih dan intonasi yang parau dalam.
Kapal Induk dan kerajinan: kapal Andromedan berbagai bentuk dari kapal tradisional mereka Sombrero- shaped scout ships dengan ukuran 50-65 kaki (15-20 meter). Untuk Kapal Komandonya berbentuk seperti atmosfer yang besarnya sampai setengah mil ( 805 meter).
Minggu, 17 Maret 2013
Ancaman dari Asteroid untuk Bumi di 2068
Ilmuwan NASA mengamati pergerakan asteroid dengan kode nama Apophis
99942. Asteroid berukuran 325 meter (1.066 kaki) kabarnya akan
menghantam Bumi di 2068.
Dilansir Rian.ru, Senin (25/2/2013), ilmuwan dari badan antarik asal Amerika Serikat ini kabarnya akan melintasi dekat Bumi di 2029 dan 2036. Akan tetapi, di 2068, jalur asteroid ini kemungkinan akan tepat mendarat di Bumi.
Kemungkinan mendarat di Bumi memang sangat tipis. Namun, apabila benar-benar jatuh ke permukaan Bumi, dampak kerusakannya bisa cukup signifikan.
Asteroid dekat Bumi telah menjadi fokus perhatian setelah ditemukannya pada Desember 2004. Benda luar angkasa ini memiliki probabilitas (kemungkinan) dampak terhadap Bumi pada April 2029.
Meskipun demikian, berdasarkan pengukuran arsip gambar dari teleskop, kemungkinan dampak potensial juga bisa terjadi di tahun-tahun berikutnya setelah 2.029 terlalui. Ilmuwan sampai saat ini masih melakukan observasid atau pemantauan.
Berdasarkan pengukuran posisi radar dan optik yang dibuat pada 2004 sampai 2012. Asteroid ini akan melewati Bumi di 2029 dengan jarak terdekat dengan Bumi sejauh 750 kilometer.
Pada jarak tersebut, gravitasi Bumi dapat membelokkan asteroid dari jalurnya. Namun, imbas berikutnya, objek tersebut akan kian mendekati Bumi hingga beberapa dekade berikutnya.
Lintasan asteroid yang terpengaruh seperti ini, mengharuskan Apophis melewati Bumi pada ketinggian yang tepat. Istilah ini dikenal sebagai keyhole (lubang kunci), di mana pada 2029 akan memungkinkan asteroid ini untuk bergerak ke jalur selanjutnya.
"Laporan baru, yang tidak menggunakan pengukuran radar 2013 mengidentifikasi lebih dari selusin lubang kunci yang jatuh dalam rentang kemungkinan jarak pertemuan di 2029," jelas ilmuwan Davide Farnocchia.
Sumber: Okezone.com
Dilansir Rian.ru, Senin (25/2/2013), ilmuwan dari badan antarik asal Amerika Serikat ini kabarnya akan melintasi dekat Bumi di 2029 dan 2036. Akan tetapi, di 2068, jalur asteroid ini kemungkinan akan tepat mendarat di Bumi.
Kemungkinan mendarat di Bumi memang sangat tipis. Namun, apabila benar-benar jatuh ke permukaan Bumi, dampak kerusakannya bisa cukup signifikan.
Asteroid dekat Bumi telah menjadi fokus perhatian setelah ditemukannya pada Desember 2004. Benda luar angkasa ini memiliki probabilitas (kemungkinan) dampak terhadap Bumi pada April 2029.
Meskipun demikian, berdasarkan pengukuran arsip gambar dari teleskop, kemungkinan dampak potensial juga bisa terjadi di tahun-tahun berikutnya setelah 2.029 terlalui. Ilmuwan sampai saat ini masih melakukan observasid atau pemantauan.
Berdasarkan pengukuran posisi radar dan optik yang dibuat pada 2004 sampai 2012. Asteroid ini akan melewati Bumi di 2029 dengan jarak terdekat dengan Bumi sejauh 750 kilometer.
Pada jarak tersebut, gravitasi Bumi dapat membelokkan asteroid dari jalurnya. Namun, imbas berikutnya, objek tersebut akan kian mendekati Bumi hingga beberapa dekade berikutnya.
Lintasan asteroid yang terpengaruh seperti ini, mengharuskan Apophis melewati Bumi pada ketinggian yang tepat. Istilah ini dikenal sebagai keyhole (lubang kunci), di mana pada 2029 akan memungkinkan asteroid ini untuk bergerak ke jalur selanjutnya.
"Laporan baru, yang tidak menggunakan pengukuran radar 2013 mengidentifikasi lebih dari selusin lubang kunci yang jatuh dalam rentang kemungkinan jarak pertemuan di 2029," jelas ilmuwan Davide Farnocchia.
Sumber: Okezone.com
Minggu, 10 Maret 2013
Ini Wajah Komet Langka
Komet Pan-STARRS yang ditemukan pada Juni 2011 akan menampakkan diri di
Indonesia pada Minggu (10/3/2013). Saat itu, komet ini akan mencapai
jarak terdekatnya dengan Matahari atau titik perihelionnya.
Sudah tampak di beberapa wilayah lain sejak Februari lalu, banyak astronom amatir yang telah mengabadikan komet ini. Komet langka ini dipotret dari berbagai wilayah, seperti Brasil, Selandia Baru, dan Australia.
Astronom amatir Michael Mattiazzo and Jim Gifford, keduanya dari Australia, mengabadikan penampakan komet ini pada Kamis (28/2/2013) lalu. Komet saat itu sebenarnya masih sangat redup, hanya bermagnitud +2,6.
Mattiazzo menangkap citra komet beserta ekor debunya di langit barat. Komet Pan-STARRS memiliki ekor komet kedua yang lebih redup. Ekor komet itu disebut ekor Tipe III. Foto-foto yang diambil Mattiazzo ditunjukkan pada gambar di atas.
Sementara Gifford mengambil penampakan Pan-STARRS di Australia barat pada Rabu (27/2/2013). Foto jepretan Gifford mengagumkan karena berhasil menangkap ekor ion yang hingga hari ini tak bisa ditangkap mata telanjang.
Selasa (5/3/2013) ini, Pan-STARRS mencapai jarak terdekat dengan Bumi, tetapi tak teramati dari Indonesia. Komet akan terus bergerak mendekati Matahari. Semakin dekat dengan Matahari, maka ekor komet makin panjang.
Selain Mattiazzo dan Gifford, astronom amatir lain dari Argentina, Luis Argerich, berhasil mengabadikan Pan-STARRS dari Argentina. Komet tampak sebagai bola dengan ekor yang melebar di bagian belakangnya.
Pan-STARRS adalah komet langka. Komet ini baru mendekati Tata Surya dan tampak kali ini. Untuk menyaksikan komet ini, mungkin dibutuhkan 110.000 tahun lagi. Jika langit cerah dan memiliki binokuler, komet bisa diamati pada Minggu nanti sekitar pukul 18.30 WIB.
Sumber : kompas.com
Sudah tampak di beberapa wilayah lain sejak Februari lalu, banyak astronom amatir yang telah mengabadikan komet ini. Komet langka ini dipotret dari berbagai wilayah, seperti Brasil, Selandia Baru, dan Australia.
Astronom amatir Michael Mattiazzo and Jim Gifford, keduanya dari Australia, mengabadikan penampakan komet ini pada Kamis (28/2/2013) lalu. Komet saat itu sebenarnya masih sangat redup, hanya bermagnitud +2,6.
Mattiazzo menangkap citra komet beserta ekor debunya di langit barat. Komet Pan-STARRS memiliki ekor komet kedua yang lebih redup. Ekor komet itu disebut ekor Tipe III. Foto-foto yang diambil Mattiazzo ditunjukkan pada gambar di atas.
Sementara Gifford mengambil penampakan Pan-STARRS di Australia barat pada Rabu (27/2/2013). Foto jepretan Gifford mengagumkan karena berhasil menangkap ekor ion yang hingga hari ini tak bisa ditangkap mata telanjang.
Selasa (5/3/2013) ini, Pan-STARRS mencapai jarak terdekat dengan Bumi, tetapi tak teramati dari Indonesia. Komet akan terus bergerak mendekati Matahari. Semakin dekat dengan Matahari, maka ekor komet makin panjang.
Selain Mattiazzo dan Gifford, astronom amatir lain dari Argentina, Luis Argerich, berhasil mengabadikan Pan-STARRS dari Argentina. Komet tampak sebagai bola dengan ekor yang melebar di bagian belakangnya.
Pan-STARRS adalah komet langka. Komet ini baru mendekati Tata Surya dan tampak kali ini. Untuk menyaksikan komet ini, mungkin dibutuhkan 110.000 tahun lagi. Jika langit cerah dan memiliki binokuler, komet bisa diamati pada Minggu nanti sekitar pukul 18.30 WIB.
Sumber : kompas.com
Kamis, 07 Maret 2013
Negara Harus Lebih Memperhatikan Keantariksaan
Panitia Kerja RUU
Keantariksaan Komisi VII DPR RI mengunjungi Balai Pengamatan
Dirgantara Lapan di Watukosek, Jawa Timur, Kamis (28/2). Kegiatan ini
merupakan kunjungan terakhir rangkaian lawatan ke fasilitas Lapan
terkait pembahasan RUU Keantariksaan.
Dalam pembukaan diskusi pembahasan RUU,
Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Prof. Dr. Soewarto
Hardhienata, mengatakan bahwa hasil kunjungan ke Lapan ini akan menjadi
dasar dan pertimbangan komisi VII DPR RI untuk mengambil kebijakan
terkait RUU tersebut.
Ia juga menyampaikan bahwa salah satu manfaat RUU
Keantariksaan adalah sebagai payung hukum untuk melindungi masyarakat
terhadap bahaya dan dampak kerugian yang ditimbulkan akibat kegiatan
keantariksaan.
Sementara dalam sambutannya, Wakil Ketua
Komisi VII DPR RI, Zainudin Amali, menyampaikan bahwa isu mengenai
keantariksaan saat ini sudah mulai ditingkatkan. Hal tersebut terlihat
dari lahirnya Undang-undang Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial dan diprioritaskannya pembahasan RUU keantariksaan pada
2012-2013. Saat inipun DPR memberikan dukungan penuh kepada Lapan.
Setelah RUU ini diratifikasi, ia berharap teknologi keantariksaan
Indonesia akan lebih maju dan dapat diaplikasikan dengan maksimal.
Ia melanjutkan, kebutuhan negara untuk
memiliki undang-undang yang mengatur keantariksaan sangat penting.
Negara-negara lain yang berada di garis khatulistiwa juga telah lama
memiliki undang-undang tersebut. “Namun tidak ada kata terlambat untuk
kemajuan negara dan kemakmuran bangsa. Undang-undang Keantariksaan
merupakan turunan dan keinginan bangsa,” ujarnya.
Diskusi dalam kunjungan Komisi VII DPR RI
ini menghasilkan bahwa sebagai lembaga negara yang memiliki tugas dan
fungsi khusus di bidang antariksa, Lapan harus terus meningkatkan
penguasaan teknologi keantariksaan. Selain menguasai teknologi
antariksa, Lapan juga diharapkan tidak melupakan kewajiban untuk
memberikan layanan kepada masyarakat terkait kebutuhan data, informasi,
dan peringatan dini terkait bencana.
Dalam kunjungan ini, Sekretaris Utama Lapan, Sri
Kaloka Prabotosari menyampaikan mengenai berbagai kegiatan penelitian
antariksa di Lapan. ia juga menjelaskan bahwa Balai Pengamatan
Dirgantara Lapan di Watukosek melaksanakan penelitian aktivitas
matahari dan lapisan ozon.
Sumber : Lapan.go.id
Selasa, 05 Maret 2013
NASA Temukan Planet Alien dalam 2 Tahun Lagi
Selama ini, para ilmuwan hanya mengira-ngira ratusan planet yang
memiliki zona habitat dan disebut-disebut sebagai kandidat pengganti
bumi. Namun, dalam dua tahun mendatang, Badan Antariksa Amerika Serikat
(NASA) yakin akan menemukan planet tersebut.
Astronom sudah menemukan 750 planet yang diduga memiliki kehidupan asing alias planet alien. Sementara Teleskop Antariksa milik NASA, Kepler, menambah daftar 2300 kandidat planet berpenghuni yang menunggu studi lanjutan. Jumlah ini belum termasuk planet-planet mirip Bumi yang ada di luar sistem tata surya kita.
"Saya percaya Kepler akan menemukan sebuah planet yang memiliki zona habitat atau Goldilocks planet dalam dua tahun mendatang," kata seorang peneliti khusus biologi exoplanet NASA, Shawn Domagal-Goldman, seperti dikutip dari Livescience.
Dia juga hakulyakin, NASA akan mampu menunjuk satu planet secara spesifik, "Planet yang bisa ditinggali makhluk hidup," kata dia.
Studi Goldilocks planetBeberapa pejabat NASA tampaknya ingin membagi optimisme Domagal-Goldman bahwa badan antariksa tersebut siap mencari jalan untuk mempelajari bumi alien, begitu dia ditemukan.
Sejauh ini, peneliti masih kesulitan mengivestigasi bumi asing tersebut karena jauh dan serta ukuran mereka yang kecil. Cahaya yang terpancar dari planet berzona habitat ini pun redup dan tertutupi cahaya dari bintang induk mereka. Tapi peneliti ini hakulyakin dengan teknik pendekatan transit spectroscopy, dunia ini akan segera diungkap.
Teknik ini mendalami cahaya bintang yang memantul dari atmosfer bumi alien tersebut ke lingkungan kosmik manusia. Menurut peneliti, cahaya ini mengandung 'sidik jari' dari atmosfer bumi alien. Nah, sidik jari inilah yang akan dipelajari astronom. Bagaimana komposisi atmosfer bumi alien ini. "Cahaya refleksi dari exoplanet ini akan bercerita banyak," kata Doug Hudgins, peneliti NASA lainnya.
NASA sedang menimbang untuk meluncurkan satu misi khusus bernama Fast Infrared Exoplanet Spectroscopy Survey Explorer atau Finesse, yang menggunakan metode transit spectroscopy. Misi ini akan mengukur spektrum bintang dan planet-planet mereka di dua situasi, saat planet terlihat dan lagi saat planet ada di balik bintang induk.
NASA juga menimbang observasi yang disebut Transiting Exoplanet Survey Satellite atau Tess yang dibantu perusahaan mesin mencari raksasa, Google. Misi ini dirancang untuk menemukan planet alien di tetangga Bumi.
Sumber : http://teknologi.news.viva.co.id
Astronom sudah menemukan 750 planet yang diduga memiliki kehidupan asing alias planet alien. Sementara Teleskop Antariksa milik NASA, Kepler, menambah daftar 2300 kandidat planet berpenghuni yang menunggu studi lanjutan. Jumlah ini belum termasuk planet-planet mirip Bumi yang ada di luar sistem tata surya kita.
"Saya percaya Kepler akan menemukan sebuah planet yang memiliki zona habitat atau Goldilocks planet dalam dua tahun mendatang," kata seorang peneliti khusus biologi exoplanet NASA, Shawn Domagal-Goldman, seperti dikutip dari Livescience.
Dia juga hakulyakin, NASA akan mampu menunjuk satu planet secara spesifik, "Planet yang bisa ditinggali makhluk hidup," kata dia.
Studi Goldilocks planetBeberapa pejabat NASA tampaknya ingin membagi optimisme Domagal-Goldman bahwa badan antariksa tersebut siap mencari jalan untuk mempelajari bumi alien, begitu dia ditemukan.
Sejauh ini, peneliti masih kesulitan mengivestigasi bumi asing tersebut karena jauh dan serta ukuran mereka yang kecil. Cahaya yang terpancar dari planet berzona habitat ini pun redup dan tertutupi cahaya dari bintang induk mereka. Tapi peneliti ini hakulyakin dengan teknik pendekatan transit spectroscopy, dunia ini akan segera diungkap.
Teknik ini mendalami cahaya bintang yang memantul dari atmosfer bumi alien tersebut ke lingkungan kosmik manusia. Menurut peneliti, cahaya ini mengandung 'sidik jari' dari atmosfer bumi alien. Nah, sidik jari inilah yang akan dipelajari astronom. Bagaimana komposisi atmosfer bumi alien ini. "Cahaya refleksi dari exoplanet ini akan bercerita banyak," kata Doug Hudgins, peneliti NASA lainnya.
NASA sedang menimbang untuk meluncurkan satu misi khusus bernama Fast Infrared Exoplanet Spectroscopy Survey Explorer atau Finesse, yang menggunakan metode transit spectroscopy. Misi ini akan mengukur spektrum bintang dan planet-planet mereka di dua situasi, saat planet terlihat dan lagi saat planet ada di balik bintang induk.
NASA juga menimbang observasi yang disebut Transiting Exoplanet Survey Satellite atau Tess yang dibantu perusahaan mesin mencari raksasa, Google. Misi ini dirancang untuk menemukan planet alien di tetangga Bumi.
Sumber : http://teknologi.news.viva.co.id
Lapan Kerja Sama Dengan Kedirgantaraan
Kepala Lapan, Bambang S. Tejasukmana dan Kepala Badan Informasi
Geospasial (BIG), Dr. Asep Karsidi menandatangani naskah Nota
Kesepahaman tentang kerja sama Pemanfaatan Kedirgantaraan dan Informasi
Geospasial. Penandatanganan berlangsung di Aula Utama Gedung BIG di
Cibinong, Bogor.
Nota Kesepahaman tersebut meliputi ruang lingkup penyediaan dan pemanfaatan data, penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang kedirgantaraan dan informasi geospasial. Kedua instansi sepakat untuk saling bekerja sama, mengembangkan dan meningkatkan potensi yang dimiliki
Kepala Lapan (kanan) memberikan cinderamata kepada Kepala Badan Informasi Geospasial (kiri) usai penandatangan naskah kesepakatan kerja sama tentang pemanfaatan kedirgantaraan dan informasi geospasial.
masing-masing, serta berkolaborasi sebagai wujud partisipasi dalam pembangunan nasional.
Dalam sambutannya, Bambang menjelaskan bahwa Lapan dan BIG (dulu Bakosurtanal) merupakan dua instansi yang tidak terpisahkan. "Secara natural, Lapan dengan BIG sudah bekerja sama. Dengan adanya MoU ini, semoga menjadi dasar untuk memperkuat kerja sama Lapan dengan BIG," ucap Bambang. Lebih jauh, tambah Bambang, dengan adanya kerja sama ini maka data remote sensing via satelit yang dimiliki Lapan dan data geospasial akan jadi data ’kembar’ yang dibutuhkan masyarakat dan pemerintah.
Hal tersebut juga diamini oleh Asep Karsidi. "Diharapkan dengan adanya kerjasama ini, dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, kedua instansi dapat melaksanakan data sharing sehingga dapat lebih optimal berpartisipasi dalam pembangunan nasional," tutur Asep.
Selain itu, sebagai wujud kerja sama ini kedua instansi juga mendorong terbitnya Inpres tentang Pengadaan Data Satelit. Sampai saat ini, Inpres tersebut telah memasuki taraf penting pengesahannya. Diharapkan pasca lahirnya Inpres tersebut, dengan dilandasi semangat kerja sama sudah diresmikan, kedua instansi dapat lebih bersinergi untuk mewujudkan cita-cita pengadaan citra nasional yang efektif dan efisien dalam pembangunan nasional.
Sumber : lapan.go.id
Nota Kesepahaman tersebut meliputi ruang lingkup penyediaan dan pemanfaatan data, penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang kedirgantaraan dan informasi geospasial. Kedua instansi sepakat untuk saling bekerja sama, mengembangkan dan meningkatkan potensi yang dimiliki
Kepala Lapan (kanan) memberikan cinderamata kepada Kepala Badan Informasi Geospasial (kiri) usai penandatangan naskah kesepakatan kerja sama tentang pemanfaatan kedirgantaraan dan informasi geospasial.
masing-masing, serta berkolaborasi sebagai wujud partisipasi dalam pembangunan nasional.
Dalam sambutannya, Bambang menjelaskan bahwa Lapan dan BIG (dulu Bakosurtanal) merupakan dua instansi yang tidak terpisahkan. "Secara natural, Lapan dengan BIG sudah bekerja sama. Dengan adanya MoU ini, semoga menjadi dasar untuk memperkuat kerja sama Lapan dengan BIG," ucap Bambang. Lebih jauh, tambah Bambang, dengan adanya kerja sama ini maka data remote sensing via satelit yang dimiliki Lapan dan data geospasial akan jadi data ’kembar’ yang dibutuhkan masyarakat dan pemerintah.
Hal tersebut juga diamini oleh Asep Karsidi. "Diharapkan dengan adanya kerjasama ini, dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, kedua instansi dapat melaksanakan data sharing sehingga dapat lebih optimal berpartisipasi dalam pembangunan nasional," tutur Asep.
Selain itu, sebagai wujud kerja sama ini kedua instansi juga mendorong terbitnya Inpres tentang Pengadaan Data Satelit. Sampai saat ini, Inpres tersebut telah memasuki taraf penting pengesahannya. Diharapkan pasca lahirnya Inpres tersebut, dengan dilandasi semangat kerja sama sudah diresmikan, kedua instansi dapat lebih bersinergi untuk mewujudkan cita-cita pengadaan citra nasional yang efektif dan efisien dalam pembangunan nasional.
Sumber : lapan.go.id
Minggu, 03 Maret 2013
Aplikasi Teknik Elektro di LAPAN Bandung
Sebagai lembaga litbang, LAPAN khususnya Pusat Sains dan Teknologi
Atmosfer (PSTA) telah lama mengembangkan aplikasi teknik elektro.
Pengembangan tersebut lebih diarahkan kepada bidang teknologi atmosfer.
Informasi pengembangan dan penerapan teknik elektro dalam mendukung
litbang Sains dan Teknologi Atmosfer sifatnya terbuka untuk umum.
Hal demikian dilakukan seperti pada saat menerima kunjungan Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Bina Darma. Acara kunjungan dilakukan pada hari Jum’at, 15 Februari 2013 pukul 09.00 sampai pukul 11.30, diikuti 44 orang, terdiri 40 orang mahasiswa beserta 4 orang dosen pembimbing.
Rombongan yang berkunjung dipimpin langsung oleh Ketua Program Studi Teknik Elektronika, Yessy Marniati, ST. Dalam sambutannya menyatakan terima kasih dan bangga bisa mendapatkan kesempatan berkunjung ke kantor LAPAN untuk mendapatkan ilmu dan informasi tentang aplikasi teknik elektro. “Kunjungan ini merupakan program yang dirancang untuk mahasiswa agar mendapatkan informasi dan ilmu praktis, dan pengalaman dalam berinteraksi dengan institusi dan industri yang memanfaatkan teknik elektro”, ungkap Yessy dalam sambutannya.
Pimpinan LAPAN yang diwakili oleh Kepala Bidang Komposisi Atmosfer, Drs. Saipul Hamdi, M.Sc. menyambut baik acara kunjungan ini. “Kami menyambut baik kegiatan seperti ini. Kami siap memberikan informasi, ilmu pengetahuan yang dibutuhkan sesuai dengan tugas fungsi institusi kami. Semoga para mahasiswa dapat menggali informasi seperti yang diharapkan dan kerjasama ini terus berlanjut untuk kedepannya. ”, kata Saipul Hamdi.
Dalam layanan informasi ini, diawali dengan pemaparan tentang profil LAPAN yang disampaikan oleh Pranata Humasnya, Sudirman, SH., MAP. Berikutnya pemaparan tentang penerapan teknik elektro yang dibagi 2 (dua) sesi, pertama tentang pengembangan intrumen CO2 dan kedua, tentang pemanfaatan teknologi satelit. Materi pertama disampaikan oleh Asif Awaludin, S.Si., M.Si., dan materi kedua disampaikan oleh Risyanto, S.Si. Setelah pemaparan materi kegiata litbang teknik elektro, dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab. Kegiatan kunjungan ditutup dengan peninjauan peralatan penelitian di LAPAN Bandung. Kunjungan berakhir sekitar pukul 11.30.
Sumber : lapan.go.id
Hal demikian dilakukan seperti pada saat menerima kunjungan Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Bina Darma. Acara kunjungan dilakukan pada hari Jum’at, 15 Februari 2013 pukul 09.00 sampai pukul 11.30, diikuti 44 orang, terdiri 40 orang mahasiswa beserta 4 orang dosen pembimbing.
Rombongan yang berkunjung dipimpin langsung oleh Ketua Program Studi Teknik Elektronika, Yessy Marniati, ST. Dalam sambutannya menyatakan terima kasih dan bangga bisa mendapatkan kesempatan berkunjung ke kantor LAPAN untuk mendapatkan ilmu dan informasi tentang aplikasi teknik elektro. “Kunjungan ini merupakan program yang dirancang untuk mahasiswa agar mendapatkan informasi dan ilmu praktis, dan pengalaman dalam berinteraksi dengan institusi dan industri yang memanfaatkan teknik elektro”, ungkap Yessy dalam sambutannya.
Pimpinan LAPAN yang diwakili oleh Kepala Bidang Komposisi Atmosfer, Drs. Saipul Hamdi, M.Sc. menyambut baik acara kunjungan ini. “Kami menyambut baik kegiatan seperti ini. Kami siap memberikan informasi, ilmu pengetahuan yang dibutuhkan sesuai dengan tugas fungsi institusi kami. Semoga para mahasiswa dapat menggali informasi seperti yang diharapkan dan kerjasama ini terus berlanjut untuk kedepannya. ”, kata Saipul Hamdi.
Dalam layanan informasi ini, diawali dengan pemaparan tentang profil LAPAN yang disampaikan oleh Pranata Humasnya, Sudirman, SH., MAP. Berikutnya pemaparan tentang penerapan teknik elektro yang dibagi 2 (dua) sesi, pertama tentang pengembangan intrumen CO2 dan kedua, tentang pemanfaatan teknologi satelit. Materi pertama disampaikan oleh Asif Awaludin, S.Si., M.Si., dan materi kedua disampaikan oleh Risyanto, S.Si. Setelah pemaparan materi kegiata litbang teknik elektro, dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab. Kegiatan kunjungan ditutup dengan peninjauan peralatan penelitian di LAPAN Bandung. Kunjungan berakhir sekitar pukul 11.30.
Sumber : lapan.go.id
ada 160 Miliar Planet di Galaksi. PERCAYA ?
ESO
Ilustrasi Bimasakti yang lebih dipadati planet daripada bintang. Studi mengungkap bahwa ada 160 miliar planet di Bimasakti.
Galaksi Bimasakti ternyata merupakan galaksi padat planet. Studi terbaru menyatakan bahwa Bimasakti memiliki lebih banyak planet daripada bintang. Jumlah planet diperkirakan mencapai 160 miliar, sedangkan jumlah bintang adalah 100 miliar.
"Statistik ini menunjukkan bahwa planet di sekeliling bintang adalah biasa, tak istimewa. Mulai sekarang, kita harus melihat bahwa galaksi tidak hanya dipadati miliaran bintang, bayangkan bahwa mereka dikelilingi planet ekstrasurya," kata Arnaud Cassan dari Paris Institute of Astrophysics.
Tercatat sebelumnya telah ada lebih dari 700 planet di luar tata surya kita yang terkonfirmasi. Sementara itu, masih ada lagi 2.300 kandidat planet yang ditemukan wahana Kepler milik NASA yang menunggu kepastian.
Planet-planet itu ditemukan dengan dua metode, transit fotometri dan radial velocity. Metode pertama mendeteksi planet dari kedipan cahaya bintang sebagai tanda adanya planet yang mengelilingi. Cara kedua dengan melihat "goyangan" bintang sebagai hasil gravitasi planet.
Dalam studi ini, peneliti memakai metode baru yang disebut gravitational microlensing. Dalam metode ini, planet dideteksi dengan adanya cahaya bintang yang dibiaskan atau dimagnifikasi oleh obyek yang mengelilinginya.
Peneliti mengungkapkan, gravitational microlensing memiliki kelebihan dibanding transit fotometri dan radial velocity. Gravitational velocity bisa mendeteksi adanya planet yang terletak jauh dari bintangnya, berbeda dengan kedua teknik lain yang bias pada planet yang dekat bintang.
Berdasarkan riset, peneliti menunjukkan bahwa seperenam Bimasakti dihuni oleh planet seukuran Jupiter, setengahnya oleh planet seukuran Neptunus dan dua pertiganya oleh super-Earth. Itu pun hanya yang ada pada jarak yang sudah terdeteksi.
"Lebih lanjut, kami menemukan bahwa planet bermassa rendah, seperti super-Earth (1-10 kali massa Bumi) dan serupa Neptunus, lebih melimpah daripada planet raksasa seperti Jupiter dan Saturnus (kira-kira 6-7 kali lebih banyak dari planet massa rendah)," kata Cassan seperti dikutip Space, Rabu (11/1/2012).
Planet yang sebenarnya ada di Bimasakti mungkin sedikit lebih banyak daripada yang telah terhitung. Pada jarak yang belum bisa terdeteksi, mungkin masih ada banyak planet lagi.
Penemuan lain yang dipublikasikan tahun lalu dan dilakukan dengan teknik microlensing menunjukkan adanya planet seukuran Jupiter yang melayang sendirian, yatim piatu, tidak mengorbit bintang. Jumlah planet ini diperkirakan melebihi planet "normal" hingga 50 persen.
"Kedua hasil penelitian dengan microlensing menunjukkan bahwa planet ada di mana saja, tidak selalu mengorbit bintang," jelas Cassan.
Sementara itu, "anomali" lain adalah ditemukannya planet yang berada pada sistem bintang ganda. Ini dulu hanya bisa dibayangkan dalam film fiksi ilmiah Star Wars.
William Welsh, astronom dari San Diego State University, seperti dikutip AP, Rabu, mengungkapkan, "Alam sepertinya suka membentuk planet sebab planet itu ditemukan di tempat yang diperkirakan sulit mendukung pembentukan planet."
Ilustrasi Bimasakti yang lebih dipadati planet daripada bintang. Studi mengungkap bahwa ada 160 miliar planet di Bimasakti.
Galaksi Bimasakti ternyata merupakan galaksi padat planet. Studi terbaru menyatakan bahwa Bimasakti memiliki lebih banyak planet daripada bintang. Jumlah planet diperkirakan mencapai 160 miliar, sedangkan jumlah bintang adalah 100 miliar.
"Statistik ini menunjukkan bahwa planet di sekeliling bintang adalah biasa, tak istimewa. Mulai sekarang, kita harus melihat bahwa galaksi tidak hanya dipadati miliaran bintang, bayangkan bahwa mereka dikelilingi planet ekstrasurya," kata Arnaud Cassan dari Paris Institute of Astrophysics.
Tercatat sebelumnya telah ada lebih dari 700 planet di luar tata surya kita yang terkonfirmasi. Sementara itu, masih ada lagi 2.300 kandidat planet yang ditemukan wahana Kepler milik NASA yang menunggu kepastian.
Planet-planet itu ditemukan dengan dua metode, transit fotometri dan radial velocity. Metode pertama mendeteksi planet dari kedipan cahaya bintang sebagai tanda adanya planet yang mengelilingi. Cara kedua dengan melihat "goyangan" bintang sebagai hasil gravitasi planet.
Dalam studi ini, peneliti memakai metode baru yang disebut gravitational microlensing. Dalam metode ini, planet dideteksi dengan adanya cahaya bintang yang dibiaskan atau dimagnifikasi oleh obyek yang mengelilinginya.
Peneliti mengungkapkan, gravitational microlensing memiliki kelebihan dibanding transit fotometri dan radial velocity. Gravitational velocity bisa mendeteksi adanya planet yang terletak jauh dari bintangnya, berbeda dengan kedua teknik lain yang bias pada planet yang dekat bintang.
Berdasarkan riset, peneliti menunjukkan bahwa seperenam Bimasakti dihuni oleh planet seukuran Jupiter, setengahnya oleh planet seukuran Neptunus dan dua pertiganya oleh super-Earth. Itu pun hanya yang ada pada jarak yang sudah terdeteksi.
"Lebih lanjut, kami menemukan bahwa planet bermassa rendah, seperti super-Earth (1-10 kali massa Bumi) dan serupa Neptunus, lebih melimpah daripada planet raksasa seperti Jupiter dan Saturnus (kira-kira 6-7 kali lebih banyak dari planet massa rendah)," kata Cassan seperti dikutip Space, Rabu (11/1/2012).
Planet yang sebenarnya ada di Bimasakti mungkin sedikit lebih banyak daripada yang telah terhitung. Pada jarak yang belum bisa terdeteksi, mungkin masih ada banyak planet lagi.
Penemuan lain yang dipublikasikan tahun lalu dan dilakukan dengan teknik microlensing menunjukkan adanya planet seukuran Jupiter yang melayang sendirian, yatim piatu, tidak mengorbit bintang. Jumlah planet ini diperkirakan melebihi planet "normal" hingga 50 persen.
"Kedua hasil penelitian dengan microlensing menunjukkan bahwa planet ada di mana saja, tidak selalu mengorbit bintang," jelas Cassan.
Sementara itu, "anomali" lain adalah ditemukannya planet yang berada pada sistem bintang ganda. Ini dulu hanya bisa dibayangkan dalam film fiksi ilmiah Star Wars.
William Welsh, astronom dari San Diego State University, seperti dikutip AP, Rabu, mengungkapkan, "Alam sepertinya suka membentuk planet sebab planet itu ditemukan di tempat yang diperkirakan sulit mendukung pembentukan planet."
Bukit Pasir di Kawah Titan
Bulan terbesar di planet Saturnus, Titan, mengalami proses "muda"
kembali setelah sebagian besar kawahnya tertutup bukit pasir. Menurut
pemantauan yang dilakukan wahana milik NASA, Cassini, pasir hidrokarbon
di permukaan Titan, perlahan tapi pasti, menutup kawah.
Mayoritas dari satelit milik Saturnus memiliki ribuan kawah. Sedangkan dari 50 persen permukaan Titan yang diobservasi, hanya ditemui 60 kawah. Ini membuat para pakar sulit memperkirakan berapa tepatnya usia Titan. Karena kawah yang lebih banyak, artinya makin tua pula sebuah planet atau satelit.
"Sangat mungkin masih banyak kawah di permukaan Titan. Tapi mereka tidak terlihat dari luar angkasa karena terkikis," kata Catherine Neish, anggota tim radar Cassini, Kamis (17/1/2013).
Neish dan kolega biasanya memperkirakan usia sebuah planet dengan menghitung jumlah kawah di atas permukaannya. "Tapi proses seperti erosi atau bukit pasir yang mengisinya (kawah), sangat mungkin jika permukaannya jauh lebih tua dari yang terlihat," tambah Neish yang juga menulis makalah soal ini dalam jurnal Icarus pada 3 Desember 2012.
Titan adalah satu-satunya bulan dalam sistem tata surya manusia dengan atmosfer tipis. Satu-satunya pula benda langit selain Bumi yang diketahui memiliki danau dan laut di permukaannya.
Meski demikian, Titan memiliki suhu ekstrem bagi manusia. Di mana suhu permukaannya mencapai minus 178 Celcius. Hujan yang turun di Titan pun bukanlah air, melainkan metana dan etana cair, senyawa yang biasanya menjadi gas di Bumi.
Neish dan timnya menyimpulkan penemuan ini setelah membandingkan kawah di permukaan Titan dengan salah satu bulan milik Jupiter, Ganymede. Bulan terakhir disebut hampir mirip Titan dan memiliki kerak es.
Dengan demikian, kawah di kedua permukaannya harusnya memiliki bentuk sama. Perbedaannya, Ganymede nyaris tidak memiliki atmosfer, angin, atau hujan untuk mengikis permukaannya.
Sumber Artikel : Kompas.com
Artikel Terkait :
Mayoritas dari satelit milik Saturnus memiliki ribuan kawah. Sedangkan dari 50 persen permukaan Titan yang diobservasi, hanya ditemui 60 kawah. Ini membuat para pakar sulit memperkirakan berapa tepatnya usia Titan. Karena kawah yang lebih banyak, artinya makin tua pula sebuah planet atau satelit.
"Sangat mungkin masih banyak kawah di permukaan Titan. Tapi mereka tidak terlihat dari luar angkasa karena terkikis," kata Catherine Neish, anggota tim radar Cassini, Kamis (17/1/2013).
Neish dan kolega biasanya memperkirakan usia sebuah planet dengan menghitung jumlah kawah di atas permukaannya. "Tapi proses seperti erosi atau bukit pasir yang mengisinya (kawah), sangat mungkin jika permukaannya jauh lebih tua dari yang terlihat," tambah Neish yang juga menulis makalah soal ini dalam jurnal Icarus pada 3 Desember 2012.
Titan adalah satu-satunya bulan dalam sistem tata surya manusia dengan atmosfer tipis. Satu-satunya pula benda langit selain Bumi yang diketahui memiliki danau dan laut di permukaannya.
Meski demikian, Titan memiliki suhu ekstrem bagi manusia. Di mana suhu permukaannya mencapai minus 178 Celcius. Hujan yang turun di Titan pun bukanlah air, melainkan metana dan etana cair, senyawa yang biasanya menjadi gas di Bumi.
Neish dan timnya menyimpulkan penemuan ini setelah membandingkan kawah di permukaan Titan dengan salah satu bulan milik Jupiter, Ganymede. Bulan terakhir disebut hampir mirip Titan dan memiliki kerak es.
Dengan demikian, kawah di kedua permukaannya harusnya memiliki bentuk sama. Perbedaannya, Ganymede nyaris tidak memiliki atmosfer, angin, atau hujan untuk mengikis permukaannya.
Sumber Artikel : Kompas.com
Artikel Terkait :
- Tahun SAINS dan Gerakan Inovasi Nasional
- Planet Zombie BENARKAH ADA ?
- Planet Kerdil Menjadi Tempat Tinggal ALIEN
- Kecepatan Perputaran Black Hole
Kamis, 28 Februari 2013
Bulan Madu Ke Planet Mars MINAT ?
Miliuner Amerika Serikat, Dennis Tito, membuka kesempatan pada pasangan
suami istri untuk pergi ke Mars. Ia mengumumkan misi itu pada Rabu
(27/2/2013) dalam konferensi pers peluncuran organisasi barunya,
Inspiration Mars Foundation.
Misi ke Mars bagi suami istri itu akan ditempuh selama 501 hari, pulang pergi dari Bumi ke Mars. Misi ini tak bertujuan memasuki atmosfer ataupun mendarat di permukaan Mars, hanya melewati dari jarak yang sangat dekat saja. Menurut Tito, rencana mengirim suami istri adalah rencana sempurna. Bersama pasangannya, manusia yang menjalani misi tersebut secara sukarela takkan merasa kesepian. Selama 501 hari, pulang pergi ke Mars mungkin bakal terasa seperti bulan madu.
"Jika kau ada di tempat jauh dan Bumi terlihat kecil, hanya titik biru, kau akan butuh seseorang untuk dipeluk. Bukankah ini solusi lebih baik dari masalah psikologis yang mungkin dihadapi dalam isolasi?" kata Tito seperti dikutip Space, Rabu.
Misi pengiriman suami istri ke Mars ini akan dimulai tahun 2018. Ada beberapa tantangan memang. Namun, diskusi Tito dengan Paragon Space Development Corporation dan pakar medis dari Baylor College of Medicine menyatakan bahwa misi mungkin dilakukan. Kajian untuk menyatakan misi ini mungkin dilakukan dengan penggunaan kapsul buatan SpaceX. Nantinya, masih perlu dipikirkan bagaimana mendukung kehidupan selama misi, termasuk perlindungan awak dari radiasi.
Tak seperti misi lain yang menarik biaya, misi ini gratis. Kesempatan diberikan bagi pihak yang tertarik dan terpilih. Inspiration Mars Foundation didirikan dengan uang Tito sendiri. Biaya lain yang dibutuhkan dalam misi akan didapatkan dari donor.
Tito mengatakan, "Ini misi dermawan. Saat misi ini selesai, saya takkan berakhir dengan sebuah perusahaan. Saya akan menjadi lebih miskin." Bagaimana? Ada yang tertarik mengikuti perjalanan berdua ke Mars?
Selain seorang miliuner, Tito juga turis antariksa pertama. Tahun 2001, ia membayar badan antariksa Rusia sebesar 20 juta dollar AS untuk terbang ke International Space Station dengan pesawat Soyuz. Ia berwisata selama 8 hari di antariksa.
Sumber : kompas.com
Misi ke Mars bagi suami istri itu akan ditempuh selama 501 hari, pulang pergi dari Bumi ke Mars. Misi ini tak bertujuan memasuki atmosfer ataupun mendarat di permukaan Mars, hanya melewati dari jarak yang sangat dekat saja. Menurut Tito, rencana mengirim suami istri adalah rencana sempurna. Bersama pasangannya, manusia yang menjalani misi tersebut secara sukarela takkan merasa kesepian. Selama 501 hari, pulang pergi ke Mars mungkin bakal terasa seperti bulan madu.
"Jika kau ada di tempat jauh dan Bumi terlihat kecil, hanya titik biru, kau akan butuh seseorang untuk dipeluk. Bukankah ini solusi lebih baik dari masalah psikologis yang mungkin dihadapi dalam isolasi?" kata Tito seperti dikutip Space, Rabu.
Misi pengiriman suami istri ke Mars ini akan dimulai tahun 2018. Ada beberapa tantangan memang. Namun, diskusi Tito dengan Paragon Space Development Corporation dan pakar medis dari Baylor College of Medicine menyatakan bahwa misi mungkin dilakukan. Kajian untuk menyatakan misi ini mungkin dilakukan dengan penggunaan kapsul buatan SpaceX. Nantinya, masih perlu dipikirkan bagaimana mendukung kehidupan selama misi, termasuk perlindungan awak dari radiasi.
Tak seperti misi lain yang menarik biaya, misi ini gratis. Kesempatan diberikan bagi pihak yang tertarik dan terpilih. Inspiration Mars Foundation didirikan dengan uang Tito sendiri. Biaya lain yang dibutuhkan dalam misi akan didapatkan dari donor.
Tito mengatakan, "Ini misi dermawan. Saat misi ini selesai, saya takkan berakhir dengan sebuah perusahaan. Saya akan menjadi lebih miskin." Bagaimana? Ada yang tertarik mengikuti perjalanan berdua ke Mars?
Selain seorang miliuner, Tito juga turis antariksa pertama. Tahun 2001, ia membayar badan antariksa Rusia sebesar 20 juta dollar AS untuk terbang ke International Space Station dengan pesawat Soyuz. Ia berwisata selama 8 hari di antariksa.
Sumber : kompas.com
Pendaratan Misi Apollo di Bulan BENARKAH ?
![]() |
Sumber : http://paranoid-site.blogspot.com/ |
Panorama Apollo 16 yang dihasilkan bisa dilihat di situs www.astrogav.eu. Panorama juga bisa diakses di Zoomify. Cukup dengan mengambil kacamata 3D, maka pemandangan lokasi pendaratan Apollo 16 bisa dinikmati secara interaktif.
Awalnya, Beltramini hanya berniat membuat analyps 3D. Namun, begitu mulai mengerjakan, rupanya ia terus bekerja, tak ingin berhenti. Jadilah kemudian panorama 3D 360 derajat Apollo 16 pertama di dunia ini.
Pembuatan panorama ini menemukan beberapa kesulitan. Salah satunya, foto-foto yang diambil oleh astronot John Young dan Charlie Duke saat pendaratan tak secara khusus ditujukan untuk pembuatan panorama ini.
"Untuk menyelesaikan persoalan ini, saya harus menyesuaikan gambar dengan program grafis, meliputi cropping, mengubah ukuran dan membersihkan noda dan goresan yang muncul dari scan foto aslinya," kata Beltramini seperti dikutip Universe Today, Selasa (6/11/2012).
"Hal lain yang mengganggu adalah tanda silang hitam yang ditempatkan dalam interval tertentu pada foto yang diambil pada misi Apollo, yang harus saya hapus satu per satu agar tak mengganggu citra 3D yang dihasilkan," lanjutnya.
Panorama berhasil diciptakan setelah beragam kesulitan itu diciptakan. Panorama ini membuat siapapun merasa menjadi astronot yang mendarat di Bulan dan mengamati pemandangan di sekitarnya.
Apollo 16 adalah misi ke 4 Apollo. Misi diluncurkan pada 16 Juli 1971 dan astronot kembali dari misi pada 7 Agustus pada tahun yang sama.
Sumber Artikel : Kompas.com
Selasa, 26 Februari 2013
Kegiatan Yang Memacu Keantariksaan Indonesia
Peristiwa
jatuhnya asteroid kecil di Rusia pada 15 Februari 2013 yang mencederai
lebih dari seribu orang, menimbulkan kekhawatiran juga di Indonesia,
akankah hal serupa bisa terjadi di Indonesia? Lalu bagaimana Indonesia
mengantisipasi fenomena seperti itu, termasuk kemungkinan dampaknya?
Lebih dari itu, pertanyaan publik mengarah pada seberapa mampukah
Indonesia bisa mengikuti kemajuan sains dan teknologi antariksa yang
sangat pesat dan memberikan manfaatnya kepada masyarakat?
Antisipasi baku penanganan peristiwa antariksa serta secara umum pengembangan sains dan teknologi antariksa mestinya ada regulasi yang mengaturnya yang bisa menjadi payung hukum atas segala kebijakan yang seharusnya diambil oleh pemerintah, khususnya lembaga yang menangani urusan keantariksaan yaitu LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional).
1. Mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan negara dalam
penyelenggaraan keantariksaan.
2. Mengoptimalkan penyelenggaraan keantariksaan untuk kesejahteraan.
3. Menjamin keberlanjutan penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan generasi masa
kini dan generasi masa depan.
4. Memberikan landasan dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan keantariksaan.
5. Mewujudkan keselamatan dan keamanan penyelenggaraan keantariksaan.
6. Melindungi negara dan warga negaranya dari dampak negatif yang ditimbulkan dalam
penyelenggaraan keantariksaan.
7. Mengoptimalkan penerapan perjanjian internasional keantariksaan.
Antisipasi baku penanganan peristiwa antariksa serta secara umum pengembangan sains dan teknologi antariksa mestinya ada regulasi yang mengaturnya yang bisa menjadi payung hukum atas segala kebijakan yang seharusnya diambil oleh pemerintah, khususnya lembaga yang menangani urusan keantariksaan yaitu LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional).
Ada tujuh pokok tujuan Undang-Undang Keantariksaan:
1. Mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan negara dalam
penyelenggaraan keantariksaan.
2. Mengoptimalkan penyelenggaraan keantariksaan untuk kesejahteraan.
3. Menjamin keberlanjutan penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan generasi masa
kini dan generasi masa depan.
4. Memberikan landasan dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan keantariksaan.
5. Mewujudkan keselamatan dan keamanan penyelenggaraan keantariksaan.
6. Melindungi negara dan warga negaranya dari dampak negatif yang ditimbulkan dalam
penyelenggaraan keantariksaan.
7. Mengoptimalkan penerapan perjanjian internasional keantariksaan.
Ada dua prinsip dasar kegiatan
keantariksaan yang harus dipegang. Prinsip pertama, antariksa merupakan
wilayah bersama umat manusia yang dimanfaatkan bagi kepentingan semua
negara tanpa memandang tingkat perkembangan ekonomi atau ilmu
pengetahuan. Prinsip kedua, antariksa bebas untuk dieksplorasi dan
digunakan oleh semua negara, tanpa diskriminasi berdasarkan asas
persamaan dan sesuai dengan hukum internasional. Dengan dua prinsip itu,
kita tidak mengenal batas wilayah negara di antariksa dan kerjasama
internasional menjadi hal penting dalam pengembangannya. Dengan prinsip
itu pula, negara berkembang mempunyai hak untuk mendapatkan manfaat
eksplorasi antariksa oleh negara-negara maju sesuai dengan kaidah-kaidah
hukum internasional.
Empat kegiatan pokok keantariksaan yang diatur dalam Undang-Undang Keantariksaan:
1. Sains antariksa.
2. Penginderaan jauh.
3. Penguasaan teknologi keantariksaan.
4. Peluncuran.
1. Sains antariksa.
2. Penginderaan jauh.
3. Penguasaan teknologi keantariksaan.
4. Peluncuran.
Empat kegiatan pokok tersebut dapat
dirangkum menjadi empat kata kunci "memahami, memanfaatkan, menguasai,
dan melindungi" dalam Undang-undang Keantariksaan. Dengan sains
antariksa, kita dipacu untuk memahami fenomena fisis antariksa dan
segala potensi dampaknya bagi bumi. Badai matahari dan benda jatuh
antariksa adalah contoh fenomena yang menjadi perhatian dunia saat ini
yang harus kita fahami betul hakikatnya. Teknologi satelit yang bisa
mempermudah kehidupan manusia dalam pemantauan cuaca dan lingkungan
untuk peringatan dini bencana, pemantauan sumber daya alam untuk
mendukung kesejahteraan masyarakat, serta penggunaan satelit komunikasi
adalah upaya memanfaatkan teknologi antariksa yang saat tersedia. Kita
pun tidak ingin sekadar memanfaatkan fasilitas asing dalam teknologi
antariksa, kita pun harus menguasai teknologinya karena teknologi roket
dan satelit serta aeronautika (penerbangan) yang terkait mempunyai
manfaat jamak (multiple effect) bila dikembangkan, antara lain dalam
mendukung industri pertahanan dan penerbangan.
Pengembangan teknologi
antariksa dikenal sebagai upaya yang "high tech, high cost, dan high
risk" (berteknologi tinggi, berbiaya mahal, dan berisiko tinggi). Maka
Undang-Undang Keantariksaan juga mengatur upaya-upaya melindungi
berbagai pihak atas segala kemungkinan dampak kerugian dari kegiatan
keantariksaan, khususnya kegiatan peluncuran wahana antariksa.
Dalam lingkup empat kegiatan keantariksaan tersebut,
Undang-Undang Keantariksaan juga merinci beberapa aspek yang harus ada
regulasi sebagai payung hukumnya. Beberapa aspek yang diatur secara
khusus adalah delapan aspek berikut:
1. Keamanan dan keselamatan.
2. Bandar antariksa.
3. Penanggulangan benda jatuh antariksa serta pencarian dan pertolongan antariksawan.
4. Pendaftaran benda antriksa.
5. Kerja sama internasional.
6. Tanggung jawab dan kerugian.
7. Asuransi, penjaminan, dan fasilitas.
8. Pelestarian lingkungan.
1. Keamanan dan keselamatan.
2. Bandar antariksa.
3. Penanggulangan benda jatuh antariksa serta pencarian dan pertolongan antariksawan.
4. Pendaftaran benda antriksa.
5. Kerja sama internasional.
6. Tanggung jawab dan kerugian.
7. Asuransi, penjaminan, dan fasilitas.
8. Pelestarian lingkungan.
Terkait dengan fenomena asteroid yang jatuh di
Rusia dan potensi jatuhnya sampah antariksa yang menjadi perhatian
publik, sekadar untuk memberi contoh aturan dalam rancangan
Undang-undang Keantariksaan, berikut ini dikutipkan dua pasal yang
mengatur penanganan benda jatuh antariksa. Dalam Undang-Undang ini,
“Lembaga” menurut kondisi saat ini adalah LAPAN.
Penanggulangan Benda Jatuh Antariksa
Pasal 56
(1) Benda jatuh dari antariksa dapat terdiri atas:
a. benda buatan manusia; dan
b. benda alamiah.
a. benda buatan manusia; dan
b. benda alamiah.
(2) Benda jatuh dari antariksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat jatuh ke bumi dengan
terdeteksi ataupun tidak terdeteksi.
terdeteksi ataupun tidak terdeteksi.
(3) Setiap orang dilarang menghilangkan atau mengubah letak dan mengambil bagian dari benda
jatuh antariksa yang jatuh di wilayah dan yuridiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
jatuh antariksa yang jatuh di wilayah dan yuridiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Lembaga wajib mengidentifikasi benda jatuh antariksa yang jatuh di wilayah dan yurisdiksi
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya.
(5) Dalam hal benda jatuh antariksa milik asing, Lembaga dapat memproses sesuai dengan
perjanjian internasional yang berlaku.
perjanjian internasional yang berlaku.
Pasal 57
Untuk tujuan keamanan dan keselamatan, kepentingan
penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan, setiap benda antariksa
yang jatuh di wilayah dan yurisdiksi Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib diserahkan kepada Lembaga.
(Download draft RUU Keantariksaan yang diserahkan Pemerintah kepada DPR: RUU Antariksa Final Harmonisasi-22 Nov 2011)
Sumber : lapan.go.id
Untuk Kebutuhan Nasional LAPAN Sediakan Data Penginderaan
Rabu (20/2), RUU Keantariksaan yang disusun oleh
Lapan telah selesai diharmonisasi oleh Kementerian
Hukum dan HAM. RUU tersebut juga telah disampaikan oleh presiden kepada DPR RI pada April 2012. Untuk itu, sebagai rangkaian pembahasan RUU ini, panitia kerja Komisi VII DPR RI mengunjungi Balai Penginderaan Jauh Lapan di Parepare, Sulawesi Selatan.
Sumber : lapan.go.id
Hukum dan HAM. RUU tersebut juga telah disampaikan oleh presiden kepada DPR RI pada April 2012. Untuk itu, sebagai rangkaian pembahasan RUU ini, panitia kerja Komisi VII DPR RI mengunjungi Balai Penginderaan Jauh Lapan di Parepare, Sulawesi Selatan.
Dalam sambutannya, Kepala Lapan, Bambang Tejasukmana,
mengatakan Balai Penginderaan Jauh Pare-pare merupakan Stasiun Pengamat
Bumi yang menerima data real time dari satelit penginderaan
jauh. Di Pare-pare, Lapan memiliki empat antena yang menghasilkan data
penginderaan jauh. Data tersebut telah dimanfaatkan oleh seluruh
pemerintah pusat dan daerah.
Kepala Lapan melanjutkan, terkait aktivitas
tersebut, telah diterbitkan Inpres nomor 6 tahun 2012 tentang
Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan
Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. "Dengan
adanya Inpres tersebut, Lapan mempunyai tanggung jawab dalam
mendistribusikan data secara gratis untuk seluruh instansi pemerintah
baik pusat maupun daerah," ujarnya.
Sementara Ketua Komisi VII DPR RI, Sutan
Bhatoegana, dalam sambutannya menekankan pentingnya mempunyai
Undang-undang Keantariksaan. Undang-undang ini penting untuk menjaga
wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang luas.
Ia juga mengatakan bahwa Brazil, yang telah
memiliki undang-undang serupa, memanfaatkan regulasi ini untuk
memetakan sumber daya alam yang mereka miliki. Pemetaan sumber daya alam
tersebut dapat diakses secara gratis dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selain untuk sumber daya alam, Sutan menambahkan undang-undang ini
penting untuk mengatur perlindungan terhadap warga negara terhadap
jatuhnya benda antariksa.
Dalam kunjungan ini, para anggota Komisi
VII DPR mengunjungi berbagai fasilitas yang dimiliki Balai Penginderaan
Jauh Lapan di Parepare. Stasiun Bumi Satelit Penginderaan Jauh (SBSPJ)
Lapan, yang sekarang bernama Balai Penginderaan Jauh Pare-pare dibangun
pada 1993 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 29 September 1993.
Stasiun ini berada di tepi kota Parepare, 155 km sebelah utara Kota
Makassar, Sulawesi selatan.
Sumber : lapan.go.id
Senin, 25 Februari 2013
Planet Kerdil Menjadi Tempat Tinggal Alien
![]() |
Sumber : http://paranoid-site.blogspot.com/ |
Dilansir Scienceagogo, Selasa (26/2/2013), ilmuwan berharap penelitian di dekade berikutnya bisa dilakukan melalui bantuan James Webb Space Telescope milik National Aeronautics and Space Administration (NASA). Ilmuwan menjelaskan gagasannya pada jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
Bintang kerdil putih umumnya memiliki ukuran yang serupa dengan Bumi. Sebelum bintang menjadi kerdil putih (white dwarf), bintang ini mengembang menjadi raksasa merah yang dapat menghancurkan planet terdekat.
Ilmuwan mengatakan bahwa kerdil putih perlahan menjadi dingin selama miliaran tahun. Proses turunnya suhu secara berangsur tersebut menyediakan cukup waktu untuk terbentuknya sebuah planet baru dari puing-puing material.
Setiap planet ekstrasurya yang mengorbit bintang kerdil putih, kemungkinan akan ditemukan menggunakan pencarian transit. Pencarian transit bergantung pada planet yang melewati bintang dan menghalangi sebagian cahayanya.
Ilmuwan Avi Loeb dan Dan Maoz mengungkap, sejak bintang kerdil putih lebih kecil dari bintang lainnya, maka planet transit akan menghalangi sebagian besar cahaya dan menampilkan sinyal yang sangat jelas.
Astronom sangat tertarik dalam mencari oksigen. Di Bumi, oksigen terus diisi ulang melalui fotosintesis. Loeb menjelaskan bahwa kehadiran sejumlah besar oksigen di atmosfer sebuah planet, akan memungkinkan munculnya kehidupan di planet tersebut.
Loeb dan Maoz menciptakan spektrum sintetis sebagai replika dari teleskop luar angkasa James Webb. Ilmuwan menemukan, baik oksigen dan uap air akan terdeteksi hanya dengan beberapa jam dari waktu pengamatan total.
"Dalam upaya untuk mengetahui sinyal atau tanda biologis ekstraterestrial, bintang pertama yang kami pelajari sebaiknya ialah bintang kerdil putih," tutur Loeb.
Baca juga artikel Lainya :
Rabu, 20 Februari 2013
42 Kandidat Planet Baru
![]() |
Sumber : http://paranoid-site.blogspot.com/ |
Astronom amatir yang tergabung dalam proyek Planet Hunter berhasil menemukan 42 kandidat planet dimana 15 diantaranya merupakan kanidat planet yang ada di zona layak huni.
"Planet-planet itu adalah kandidat yang luput dari pengamatan astronom profesional namun dapat diselamatkan oleh para sukarelawan dar depan web browser mereka. Mengagumkan bahwa setiap orang bisa menemukan planet," kata Chris Lintottt dari Zooniverse, pengawas program Planet Hunter.
Salah satu planet yang ditemukan bernama PH2 b. Planet tersebut ditemukan dengan menganalisis data dari teleskop antariksa Kepler. Keberadaan planet tersebut akhirnya juga telah dikonfrmasi oleh pengamatan di Observatorium Keck, Hawaii.
PH2 adalah planet seukuran Jupiter, terlalu besar untuk mendukung kehidupan. Meski demikian, bulan yang mengitari planet ini mungkin bisa dihuni. Temperatur atmosfer di planet berkisar antara 30 derajat hingga -88 derajat Celsius.
"Bulan yang mengitari planet baru seukuran Jupiter ini mungkin bisa dihuni," kata Ji Wang, peneliti postdoktoral di Yale University yang menjadi pimpinan penulisan nasakah hasil penelitian yang akan segera dipublikasikan di Astrophysical Journal.
Bulan yang akan sama dengan yang dideskripsikan dalam film Avatar, ada bulan Pandora yang bisa dihuni yang mengelilingi planet gas raksasa Polyphemus.
PH2 ditemukan dengan teknik transit, melihat kedipan cahaya bintang saat ada planet yang melintas di mukanya. Para sukrelawan diberi akses pada data teleskop Kepler. Kandidat paling kuat dari planet yang ditemukan akan diteliti oleh astronom profesional.
Diberitakan Space, Sabtu (12/1/2013), sejauh ini, proyek Planet Hunter telah menemukan 48 kandidat planet. Planet pertama yang telah terkonfirmasi adalah PH1.
Sumber : space.com
Selasa, 19 Februari 2013
Stasiun Luar Angkasa NASA Kehilangan Kontak dengan Mission Control
![]() |
Sumber : http://paranoid-site.blogspot.com/ |
Stasiun Luar Angkasa Internasional seperti yang terlihat dari pesawat ulang-alik NASA.Ini gambar dari misi pesawat ulang-alik NASA menunjukkan Stasiun Antariksa Internasional di orbit. Stasiun ruang angkasa adalah ukuran lapangan sepak bola dan rumah bagi enam orang astronot. Gambar diambil: 10 Feb 2010.
NASA kehilangan kontak langsung dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional saat ini, karena kerusakan peralatan, meninggalkan laboratorium yang mengorbit tergantung pada stasiun bumi Rusia untuk berkomunikasi dengan Bumi, ruang pejabat lembaga mengatakan.
Hilangnya komunikasi terjadi pada jam 9:45 am EST (1445 GMT) sebagai penerbangan pengendali di Kontrol Misi NASA atthe Johnson Space Center di Houston yang mengirimkan pembaruan perangkat lunak ke stasiun ruang angkasa. Semua astronot ruang angkasa dan enam stasiun berada dalam keadaan yang baik, dan NASA sedang berusaha membangun kembali hubungan dengan stasiun, para pejabat NASA mengatakan. Stasiun ruang angkasa saat ini rumah bagi tiga orang astronot Rusia, dua orang astronot Amerika dan seorang astronot Kanada.
Sejauh NASA pejabat bisa mengatakan, kerugian stasiun ruang angkasa komunikasi tidak tidak terhubung dengan pembaruan perangkat lunak, Kelly Humphries, seorang spesialis urusan publik di NASA. Itu adalah suatu kebetulan bahwa badan antariksa kehilangan kontak dengan stasiun yang sedang diperbarui.
Sebuah sistem relay data utama berfungsi, dan komputer yang mengontrol fungsi-fungsi kritis stasiun menggunakan cadangan, para pejabat NASA mengatakan dalam sebuah pernyataan. Namun, stasiun masih tidak dapat berkomunikasi dengan Pelacakan dan Data Relay jaringan satelit yang berfungsi sebagai link untuk pos pusat Kontrol Misi NASA di tanah.
"Mission Control Houston mampu berkomunikasi dengan awak stasiun ruang angkasa terbang di atas stasiun bumi Rusia sebelum 11:00 am EST dan memerintahkan kru untuk menghubungkan komputer cadangan untuk memulai proses pemulihan komunikasi," jelas pejabat NASA.
Ketika pengendali misi melakukan kontak dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional melalui stasiun bumi Rusia sebelumnya, Ekspedisi 34 Komandan Kevin Ford melaporkan tentang keadaan dan status stasiun ruang dan penduduknya.
"Hei, hanya FYI stasiun masih halus dan lurus, semua orang dalam kondisi yang baik tentunya," kata Ford dalam audio dirilis oleh NASA. "Dan tidak ada yang tak terduga selain banyak nada peringatan hati-hati, dan tentu saja kita tidak memiliki sistem yang terlihat. Kami akan kembali kepada Anda secepat kami bisa."
Ini bukan pertama kalinya kontrol misi telah kehilangan komunikasi langsung dengan laboratorium ilmu yang mengorbit. Pada tahun 2010, stasiun ruang angkasa sebentar kehilangan komunikasi dengan gound ketika sebuah komputer utama gagal dan cadangan harus mengambil alih. Komunikasi berada di luar selama sekitar satu jam sebelum NASA dikembalikan koneksi.
Stasiun Luar Angkasa Internasional adalah sebuah laboratorium $ 100 miliar dalam ruang yang seukuran lapangan sepak bola. Ini memiliki setara ruang hidup dari sebuah rumah lima kamar tidur dan dibangun oleh lima lembaga letak ruang yang mewakili Amerika Serikat, Rusia, Eropa, Kanada dan Jepang.
Artikel ini dikutip dari space.com
Senin, 18 Februari 2013
Bintang yang Mampu Menciptakan Planet | Paranoid Site
![]() |
Sumber : http://paranoid-site.blogspot.com/ |
Bintang diyakini mampu melahirkan planet-planet yang mengorbit diluar sistem Tata Surya. Ilmuwan menggunakan teleskop Luar Angkasa Herschel Milik Europan Space Agency (ESA), menemukan bahwa bintang yang bernama TW Hyrae cukup masif untuk mampu menciptakan banyak planet.
Sebuah Material berbentuk cakram yang mengelilingi bintang TW Hydrae cukup besar untuk membuat planet ketimbang Planet yang ada dalam sistem Tata Surya. ESA dan NASA terlibat dalam penelitian bintang masif tersebut.
Ilmuwan meyakini TW Hydrae telah terbentuk sekira 10 Juta tahun dan berjarak 167 tahun cahaya. TW Hydrae memiliki jarak yang relativ dekat dengan bumuoleh standar astronomi. Cakram pembentuk planet telah dipelajari dengan baik oleh para ilmuwan.
TW Hydrae relatif muda, namun bintang ini telah melewati usia, dimana planet raksasa mungkin sudah terbentuk. "kami tidak mengharapkan untuk melihat begitu banyak gas di sekitar bintang ini." ujar Edwin Bergin dari University of Michigan.
Bergin memimpin studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Nature. "umumnya bintang pada usia ini telah membersihkan material di sekitarnya. Namun, bintang ini masih memiliki masa yang cukup untuk membuat Planet yang setara dengan 50 Jupiter," tutur Begin. dalam laporanya., Bergin menunjukan metode baruyang lebih tepat untuk menimbang cakram pembentuk planet.
Teknik sebelumnya untuk menilai massa, dinilai tidak langsung dan tidak pasti. sedangkan metode ini bisa menyelidiki langsung terkait gas yang mendukung pembuatan Planet.
Baca juga artikel lainya :
Tragedi Hujan Meteor Di Russia 2013 | Paranoid Site
![]() |
Sumber : http://paranoid-site.blogspot.com/ |
Hujan meteor yang melanda wilayah Ural di Rusia Jumat pagi waktu setempat membuat kaget ribuan warga yang tengah beraktivitas. Lebih dari 500 orang dilaporkan terluka akibat kaca-kaca yang pecah saat benda langit itu meledak.
Informasi soal rincian meteor itu masih belum diperoleh dengan pasti. Menurut salah satu sumber, meteor itu dihancurkan oleh jet tempur Rusia saat hendak menghantam kota Chelyabinsk, dekat perbatasan Kazakhstan. Klaim ini belum bisa dikonfirmasi.
Juru bicara Kementerian Darurat Rusia, Irina Rossius, seperti dilansir Daily Mail Jumat 15 Februari 2013, mengungkapkan bahwa ada hujan meteor. Namun, juru bicara lainnya di kementerian itu, Elena Smirnikh, mengatakan bahwa hanya ada satu meteor.
Saksi mata mengatakan, ada ledakan dan cahaya menyilaukan saat meteor itu melintas sekitar 9.20 pagi waktu setempat. Cahaya itu bisa dilihat hingga ratusan kilometer jauhnya. Banyak yang mengira itu adalah pesawat jatuh atau bahkan UFO.
"Saya melihat ledakan yang menyilaukan di belakang saya. Semuanya terang benderang. Ini seperti film Armageddon saat hujan meteor terjadi. Saya benar-benar berpikir dunia sedang kiamat," kata seorang warga, Gulnara Dudka, 20 tahunan, dilansir Siberian Times.
Internet Rusak
Kementerian Darurat
Bencana setempat mengatakan akibat peristiwa ini, sembilan orang
dilarikan ke rumah sakit. Lebih dari 500 lainnya terluka dan memerlukan
perhatian medis. Namun kebanyakan tidak mengalami luka serius.
Ledakan menyebabkan kaca-kaca di kota Chelyabinsk pecah. Terjadi juga kerusakan pada jaringan internet dan telepon seluler. Sebanyak 20.000 tim penyelamat diturunkan ke seluruh wilayah. Tiga pesawat tempur diturunkan untuk menyisir lokasi, melihat adanya kemungkinan kerusakan. Polisi di berbagai kota juga dimaksimalkan, untuk melindungi infrastruktur vital.
Pemerintah mengeluarkan himbauan agar para orangtua menjemput anak mereka di sekolah dan tetap berada di rumah. Kementerian Bencana Alam setempat mengatakan bahwa peristiwa ini akibat fenomena hujan meteor. (ren)
Ledakan menyebabkan kaca-kaca di kota Chelyabinsk pecah. Terjadi juga kerusakan pada jaringan internet dan telepon seluler. Sebanyak 20.000 tim penyelamat diturunkan ke seluruh wilayah. Tiga pesawat tempur diturunkan untuk menyisir lokasi, melihat adanya kemungkinan kerusakan. Polisi di berbagai kota juga dimaksimalkan, untuk melindungi infrastruktur vital.
Pemerintah mengeluarkan himbauan agar para orangtua menjemput anak mereka di sekolah dan tetap berada di rumah. Kementerian Bencana Alam setempat mengatakan bahwa peristiwa ini akibat fenomena hujan meteor. (ren)
Sumber : http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/390667-hujan-meteor-di-rusia--500-orang-terluka
Minggu, 17 Februari 2013
Antariksa-pun Kembali Mengancam | Paranoid Site
Pada saat warga dunia mengkhawatirkan dampak melintasnya asteroid 2012 DA14 pada jarak terdekatnya dengan Bumi, Sabtu (16/2/2013) dini hari, sebuah meteor menghantam wilayah Chelyabinsk, Rusia, Jumat (15/2/2013) pagi. Sekitar 1.200 orang luka dan kaca jendela lebih dari 4.000 bangunan hancur.
Jatuhnya meteor berbobot 10.000 ton (lebih dari muatan 1.000 truk) itu di luar perkiraan. Meski sejumlah lembaga penerbangan dan antariksa memiliki program patroli langit untuk memantau benda-benda asing yang berpotensi membahayakan Bumi, masuknya batuan antariksa berukuran 17 meter itu sulit dideteksi.
”Obyek berukuran belasan meter biasanya baru terdeteksi setelah mendekati Bumi. Ukurannya yang sangat kecil membuatnya sangat redup,” kata Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Minggu (17/2/2013). Kalaupun teridentifikasi, biasanya karena kebetulan.
Dosen Dinamika Benda Kecil dalam Tata Surya, Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Budi Dermawan menambahkan, teleskop yang digunakan untuk patroli langit biasanya berdiameter 1-2 meter. Melalui teleskop sebesar itu, kemampuan mendeteksi benda berukuran belasan meter sangat sulit.
Meski demikian, para ahli memastikan meteor yang jatuh di Chelyabinsk dan asteroid 2012 DA14 adalah dua benda langit berbeda. Meteor di Chelyabinsk bukan pecahan asteroid 2012 DA14.
Jalur orbit kedua benda itu berbeda. Asteroid 2012 DA14 bergerak dari langit selatan ke langit utara atau dari bawah Bumi ke bagian atas Bumi. Adapun, lintasan meteor pada permukaan Bumi dari langit utara ke selatan. ”Jika meteor di Chelyabinsk adalah pecahan asteroid 2012 DA14, lintasannya harus sama,” ujar Djamaluddin.
Selain itu, jatuhnya pecahan asteroid harus sesudah asteroid itu melintas di dekat Bumi. Tidak mungkin pecahan jatuh lebih mendahului asteroid induknya.
Melimpah
Dibandingkan dengan asteroid 2012 DA14 yang berdiameter 45 meter, ukuran meteor yang jatuh di Rusia hanya kurang dari sepertiganya.
Meteor ukuran serupa pernah jatuh di langit Bone, Sulawesi Selatan, 8 Oktober 2009. ”Namun, meteor ini jatuh di laut (Teluk Bone),” kata Peter Brown, Direktur Pusat Sains dan Eksplorasi Keplanetan, Universitas Ontario Barat, Kanada seperti dikutip Space.com, Sabtu (16/2/2013).
Tak ada data pasti berapa banyak asteroid di sekitar Bumi yang berpotensi mengancam kehidupan di Bumi. Makin kecil ukurannya, jumlahnya makin besar dan makin banyak yang tidak diketahui.
Djamaluddin memperkirakan, jumlah batuan angkasa berukuran belasan meter mencapai jutaan buah. Kemungkinan batu ukuran ini melintas dekat Bumi dan masuk atmosfer Bumi, sangat tinggi.
Sementara itu, asteroid berukuran 40-50 meter seperti yang jatuh di Tunguska, Siberia, Rusia, pada 30 Juni 1908, jumlahnya mencapai ratusan ribu buah. Kemungkinan melintas dekat Bumi sekitar 40 tahun sekali dan kemungkinan menumbuk Bumi 1.200 tahun sekali.
Asteroid berukuran lebih dari 1 kilometer, sebanyak 90-95 persennya sudah diketahui keberadaannya. Adapun asteroid berdiameter puluhan meter hanya sekitar 2 persen yang sudah diketahui.
Relatif aman
Bahan dasar meteor adalah batuan di sekitar Bumi yang berasal dari asteroid, komet, ataupun pecahan keduanya. Benda-benda langit itu merupakan materi sisa-sisa pembentukan tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu. Bersama Bumi, batuan tersebut bergerak mengelilingi Matahari.
Walau jumlah batuan, asteroid, komet atau pecahannya melimpah, tak selalu terjerat gaya gravitasi Bumi hingga masuk ke atmosfer Bumi. Salah satu pencegah sehingga benda tersebut tidak jatuh ke Bumi adalah kecepatan geraknya.
Budi menambahkan, ukuran batuan atau massa yang dimiliki benda itu juga sangat menentukan. Makin kecil ukuran dan makin lambat geraknya, berarti makin mudah batuan tersebut terjebak gravitasi Bumi.
Namun karena ukuran yang lebih kecil, batuan itu juga mudah terpengaruh gaya gravitasi benda-benda langit yang lebih besar. Planet, satelit, ataupun asteroid lain bisa menjadi penahan agar batuan tersebut tak terjebak gravitasi Bumi atau justru menjadi pendorongnya untuk masuk lingkungan Bumi.
Masuknya batuan antariksa ke atmosfer Bumi juga tidak selalu menimbulkan dampak bagi manusia.
Bumi memiliki atmosfer tebal dengan kerapatan bervariasi. Kerapatannya makin tinggi di permukaan Bumi. Partikel di atmosfer Bumi itu menggesek batuan yang masuk hingga sebagian besar habis terbakar. Tanpa atmosfer, wajah Bumi akan penuh kawah dan lubang seperti Bulan akibat hantaman asteroid.
Batuan yang habis terbakar itu biasanya berukuran beberapa mikrometer hingga beberapa sentimeter. Batuan inilah yang terlihat sebagai meteor atau bintang jatuh yang selalu terlihat setiap malam.
Kalaupun tidak habis terbakar, meteor tersebut juga belum tentu membahayakan manusia seperti yang terjadi di Chelyabinsk. Meteor tersebut dapat jatuh di laut. Terlebih lagi, dua pertiga wilayah Bumi adalah laut. ”Jika jatuh di laut dalam ukuran besar, meteor ini bisa memicu tsunami,” ujar Budi.
Selain itu, meteor dapat juga jatuh di gurun, hutan, danau, atau daerah lain yang tidak berpenghuni.
Berdasarkan data Masyarakat Meteorit (Meteoritical Society), ada 34.513 meteorit (meteor yang masih tersisa saat jatuh di permukaan Bumi) yang tercatat sejak tahun 2.300 sebelum Masehi. Data tersebut bersumber dari temuan batu meteorit atau kawah yang tercipta akibat tumbukan meteor.
Gelombang kejut
Menurut Djamaluddin, ketika memasuki atmosfer Bumi, pada ketinggian 120 kilometer (km) dari muka Bumi, batuan antariksa tersebut mulai terbakar akibat bergesekan dengan partikel atmosfer. Pada saat itu, pecah tidaknya meteor sangat bergantung pada komposisinya. Batuan dengan kandungan logam yang tinggi akan lebih tahan dengan perubahan suhu yang terjadi hingga meteor tidak mudah pecah.
Pada ketinggian 20-30 km dari muka Bumi, gesekan dengan partikel udara yang makin rapat dan kecepatannya meteor yang semakin tinggi, menimbulkan gelombang kejut. Gelombang kejut inilah yang menghancurkan kaca-kaca jendela bangunan di Chelyabinsk, bukan akibat pecahan meteornya.
Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia memperkirakan kecepatan meteor di Chelyabinsk saat memasuki atmosfer Bumi minimal 54.000 kilometer per detik. Sementara itu, sejumlah sumber menyebut kecepatan meteor saat akan menghantam Bumi berkisar 20-30 km per detik atau 70.000-100.000 km per jam. Kecepatan yang jauh lebih besar dari kecepatan suara itu menimbulkan dentuman sonik yang terdengar seperti ledakan.
”Ledakan yang didengar masyarakat itu bukan suara meteor menghantam tanah, tapi akibat sonic boom (dentuman sonik) yang ditimbulkannya,” katanya.
Ia juga menambahkan, ”Munculnya korban dan kerusakan di Chelyabinsk bukan akibat langsung dari jatuhnya meteor, melainkan akibat dampak yang ditimbulkan saat meteor tersebut mendekati permukaan Bumi.”
Sumber : Kompas.com
Jatuhnya meteor berbobot 10.000 ton (lebih dari muatan 1.000 truk) itu di luar perkiraan. Meski sejumlah lembaga penerbangan dan antariksa memiliki program patroli langit untuk memantau benda-benda asing yang berpotensi membahayakan Bumi, masuknya batuan antariksa berukuran 17 meter itu sulit dideteksi.
”Obyek berukuran belasan meter biasanya baru terdeteksi setelah mendekati Bumi. Ukurannya yang sangat kecil membuatnya sangat redup,” kata Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Minggu (17/2/2013). Kalaupun teridentifikasi, biasanya karena kebetulan.
Dosen Dinamika Benda Kecil dalam Tata Surya, Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Budi Dermawan menambahkan, teleskop yang digunakan untuk patroli langit biasanya berdiameter 1-2 meter. Melalui teleskop sebesar itu, kemampuan mendeteksi benda berukuran belasan meter sangat sulit.
Meski demikian, para ahli memastikan meteor yang jatuh di Chelyabinsk dan asteroid 2012 DA14 adalah dua benda langit berbeda. Meteor di Chelyabinsk bukan pecahan asteroid 2012 DA14.
Jalur orbit kedua benda itu berbeda. Asteroid 2012 DA14 bergerak dari langit selatan ke langit utara atau dari bawah Bumi ke bagian atas Bumi. Adapun, lintasan meteor pada permukaan Bumi dari langit utara ke selatan. ”Jika meteor di Chelyabinsk adalah pecahan asteroid 2012 DA14, lintasannya harus sama,” ujar Djamaluddin.
Selain itu, jatuhnya pecahan asteroid harus sesudah asteroid itu melintas di dekat Bumi. Tidak mungkin pecahan jatuh lebih mendahului asteroid induknya.
Melimpah
Dibandingkan dengan asteroid 2012 DA14 yang berdiameter 45 meter, ukuran meteor yang jatuh di Rusia hanya kurang dari sepertiganya.
Meteor ukuran serupa pernah jatuh di langit Bone, Sulawesi Selatan, 8 Oktober 2009. ”Namun, meteor ini jatuh di laut (Teluk Bone),” kata Peter Brown, Direktur Pusat Sains dan Eksplorasi Keplanetan, Universitas Ontario Barat, Kanada seperti dikutip Space.com, Sabtu (16/2/2013).
Tak ada data pasti berapa banyak asteroid di sekitar Bumi yang berpotensi mengancam kehidupan di Bumi. Makin kecil ukurannya, jumlahnya makin besar dan makin banyak yang tidak diketahui.
Djamaluddin memperkirakan, jumlah batuan angkasa berukuran belasan meter mencapai jutaan buah. Kemungkinan batu ukuran ini melintas dekat Bumi dan masuk atmosfer Bumi, sangat tinggi.
Sementara itu, asteroid berukuran 40-50 meter seperti yang jatuh di Tunguska, Siberia, Rusia, pada 30 Juni 1908, jumlahnya mencapai ratusan ribu buah. Kemungkinan melintas dekat Bumi sekitar 40 tahun sekali dan kemungkinan menumbuk Bumi 1.200 tahun sekali.
Asteroid berukuran lebih dari 1 kilometer, sebanyak 90-95 persennya sudah diketahui keberadaannya. Adapun asteroid berdiameter puluhan meter hanya sekitar 2 persen yang sudah diketahui.
Relatif aman
Bahan dasar meteor adalah batuan di sekitar Bumi yang berasal dari asteroid, komet, ataupun pecahan keduanya. Benda-benda langit itu merupakan materi sisa-sisa pembentukan tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu. Bersama Bumi, batuan tersebut bergerak mengelilingi Matahari.
Walau jumlah batuan, asteroid, komet atau pecahannya melimpah, tak selalu terjerat gaya gravitasi Bumi hingga masuk ke atmosfer Bumi. Salah satu pencegah sehingga benda tersebut tidak jatuh ke Bumi adalah kecepatan geraknya.
Budi menambahkan, ukuran batuan atau massa yang dimiliki benda itu juga sangat menentukan. Makin kecil ukuran dan makin lambat geraknya, berarti makin mudah batuan tersebut terjebak gravitasi Bumi.
Namun karena ukuran yang lebih kecil, batuan itu juga mudah terpengaruh gaya gravitasi benda-benda langit yang lebih besar. Planet, satelit, ataupun asteroid lain bisa menjadi penahan agar batuan tersebut tak terjebak gravitasi Bumi atau justru menjadi pendorongnya untuk masuk lingkungan Bumi.
Masuknya batuan antariksa ke atmosfer Bumi juga tidak selalu menimbulkan dampak bagi manusia.
Bumi memiliki atmosfer tebal dengan kerapatan bervariasi. Kerapatannya makin tinggi di permukaan Bumi. Partikel di atmosfer Bumi itu menggesek batuan yang masuk hingga sebagian besar habis terbakar. Tanpa atmosfer, wajah Bumi akan penuh kawah dan lubang seperti Bulan akibat hantaman asteroid.
Batuan yang habis terbakar itu biasanya berukuran beberapa mikrometer hingga beberapa sentimeter. Batuan inilah yang terlihat sebagai meteor atau bintang jatuh yang selalu terlihat setiap malam.
Kalaupun tidak habis terbakar, meteor tersebut juga belum tentu membahayakan manusia seperti yang terjadi di Chelyabinsk. Meteor tersebut dapat jatuh di laut. Terlebih lagi, dua pertiga wilayah Bumi adalah laut. ”Jika jatuh di laut dalam ukuran besar, meteor ini bisa memicu tsunami,” ujar Budi.
Selain itu, meteor dapat juga jatuh di gurun, hutan, danau, atau daerah lain yang tidak berpenghuni.
Berdasarkan data Masyarakat Meteorit (Meteoritical Society), ada 34.513 meteorit (meteor yang masih tersisa saat jatuh di permukaan Bumi) yang tercatat sejak tahun 2.300 sebelum Masehi. Data tersebut bersumber dari temuan batu meteorit atau kawah yang tercipta akibat tumbukan meteor.
Gelombang kejut
Menurut Djamaluddin, ketika memasuki atmosfer Bumi, pada ketinggian 120 kilometer (km) dari muka Bumi, batuan antariksa tersebut mulai terbakar akibat bergesekan dengan partikel atmosfer. Pada saat itu, pecah tidaknya meteor sangat bergantung pada komposisinya. Batuan dengan kandungan logam yang tinggi akan lebih tahan dengan perubahan suhu yang terjadi hingga meteor tidak mudah pecah.
Pada ketinggian 20-30 km dari muka Bumi, gesekan dengan partikel udara yang makin rapat dan kecepatannya meteor yang semakin tinggi, menimbulkan gelombang kejut. Gelombang kejut inilah yang menghancurkan kaca-kaca jendela bangunan di Chelyabinsk, bukan akibat pecahan meteornya.
Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia memperkirakan kecepatan meteor di Chelyabinsk saat memasuki atmosfer Bumi minimal 54.000 kilometer per detik. Sementara itu, sejumlah sumber menyebut kecepatan meteor saat akan menghantam Bumi berkisar 20-30 km per detik atau 70.000-100.000 km per jam. Kecepatan yang jauh lebih besar dari kecepatan suara itu menimbulkan dentuman sonik yang terdengar seperti ledakan.
”Ledakan yang didengar masyarakat itu bukan suara meteor menghantam tanah, tapi akibat sonic boom (dentuman sonik) yang ditimbulkannya,” katanya.
Ia juga menambahkan, ”Munculnya korban dan kerusakan di Chelyabinsk bukan akibat langsung dari jatuhnya meteor, melainkan akibat dampak yang ditimbulkan saat meteor tersebut mendekati permukaan Bumi.”
Sumber : Kompas.com
Langganan:
Postingan (Atom)