Minggu, 17 Februari 2013

Kapan Berakhirnya Semburan Lumpur Lapindo ?


Sumber : http://paranoid-site.blogspot.com/





Para Peneliti memperkirakan semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur mungkin masih akan terus terjadi 26 tahun ke depan. Para peneliti ini juga mengatakan semburan tersebut berasal dari gunung berapi lumpur yang meletus Mei 2006 dan memuntahkan 180.000 meter kubik per hari atau setara dengan kapasitas air 50 kolam renang standard Olimpiade.

Temuan-temuan ini diterbitkan dalam penerbitan ilmiah Journal of the Geological Society.

Ini taksiran paling andal pertama mengenai seberapa lama semburan lumpur Sidoarjo akan berlanjut.

Salah seorang penulis laporan ilmiah tersebut, Richard Davies, geolog dari Jurusan Sains Kebumian pada Durham University, Inggris mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan perkiraan ini baru bisa dibuat sekarang.

Kami melakukan penaksiran sementara, tapi kami melakukan penyempurnaan metodologi secara signifikan, kata Davies kepada BBC News. “Juga, selama dua atau tiga tahun ada banyak debat mengenai penyebab semburan.

Saya rasa ada banyak orang yang ikut merumuskan peristiwa yang terjadi – jadi kini kami telah menyaksikan kemajuan alamiah dari keinginan untuk mengetahui penyebabnya ke berapa lama itu akan berlanjut.


Penyebab erupsi menjadi topik debat ilmiah berlarut-larut. Kalangan ahli berselisih soal apakah semburan itu akibat sumur bor Lapindo di kawasan yang sama, atau gempa berkekuatan 6,3 yang mengguncang kawasan beberapa hari sebelumnya.

Pada tahun 2008, dalam suatu konferensi di Afrika Selatan, pendukung kedua hipotesis menyampaikan argumentasi mereka di depan panel ahli independen.

Perdebatan tersebut diketuai oleh Profesor John Underhill, yang juga wasit senior di dunia sepak bola, dari Edinburgh University

Sebagian besar dari pakar dalam panel tersebut, 42 dari 74 orang, menerima argumentasi bahwa penyebab semburan adalah kegiatan pemboran.

Profesor Davies mendukung hipotesis pemboran tersebut. “Ada banyak bukti kini yang menunjukkan semburan disebabkan oleh pemboran – yaitu ledakan tidak terkendali.

Pada tahun 2008, perusahaan yang melakukan pemboran di tempat itu dan dipersalahkan telah menjadi pemicu semburan gunung berapi itu setuju untuk membayi gantirugi bagi 50.000 orang yang harus mengungsi.

Namun, argumentasi tersebut tidak menyatakan kegiatan pemboran sebagai satu-satunya penyebab.

Profesor Davies menambahkan bahwa timnya kini mendapatkan keyakinan untuk berani menerbitkan taksiran, sebab mereka juga memiliki data empat tahun tentang jumlah material yang menyembur dari gunung berapi tersebut, dan itu memungkinkan mereka melakukan kalibrasi terhadap model komputer yang dikembangkan oleh salah seorang anggota tim penulis laporan Simon Mathias, peneliti di Durham University.
Lubang

Dia menjelaskan bahwa semburan gunung berapi itu didorong oleh carbonated water di lapisan aquifer, yang ditaksir berada pada kedalaman sekitar 2,5km hingga 3,5km dari permukaan tanah yang menerobos melalui lubang pemboran dan menembus lapisan bahan lumpur (Kalibeng Atas) sebelum menyembur ke permukaan melalui lubang tengah berdiameter 50m.

Input yang dipergunakan dalam model untuk mereka ulang peristiwa di bawah tanah itu berasal dari dua sumur. Satu berada di lokasi lubang tengah, dan satu lagi sekitar 6km dari lubang pertama, tempat ada gunung berapi lumpur alamiah yang lebih kecil.

Ini memberi kami [besaran] tekanan di aquifer sebenarnya, jelas Profesor Davies.

Kemudian kami memperhitungkan faktor-faktor seperti permeabilitas dan porositas batuan untuk memperkirakan waktu yang diperlukan oleh tekanan fluida untuk turun sehingga tidak ada lagi cairan yang akan keluar dari lubang, katanya.

Ini bisa dikatakan metodologi standard, tapi belum pernah benar-benar diterapkan terhadap gunung berapi lumpur sebelum ini, jelasnya.

Dia menambahkan tim menggunakan beragam probabilitas dan menggabungkannya, sehingga menghasilkan jumlah output yang sangat besar. Proses ini disebut realisasi.

Dari 10.000 realisasi, kami benar-benar menolak banyak realisasi, sebab kami ingin mencocokkan laju lumpur yang benar-benar keluar dari gunung berapi dengan data-data tersebut, kata Davies.

Tim peneliti akhirnya menetapkan 381 realisasi dan jumlah itu memungkinkan mereka mencapai taksiran 26 tahun.

Namun, Profesor Davies menambahkan: Dalam perumusan model, ada 10 persen kemungkinan semburan akan berlangsung lebih dari 100 tahun, dan ada 90 persen kemungkinan semburan akan berlangsung lebih dari 10 tahun.

Tim peneliti bekerja dengan asumsi aquifer tidak terisi lagi dari sumber lain atau tidak mengalami recharging, sehingga tidak mungkin tekanan akan kembali begitu tekanan terkuras.

Sejak menyemburkan lumpur, gunung berapi tersebut telah mengubur rumah, sekolah, tempat ibadah dan lahan pertanian dengan luasan sekitar tujuh kilometer persegi.

Jika recharge terjadi, maka taksiran 26 tahun pasti akan terlalu pendek, aku Profesor Davies. Pada dasarnya, Lusi masih menyisakani kejutan-kejutan untuk kita.

Sumber : kaskus.us

Tidak ada komentar:

Posting Komentar